Aku merasa hebat, saat bebas dari tiga orang jelek yang menginginkan tas cantikku.
Aku merasa sakti, saat bisa lari dari belasan pria yang mengejarku.
Aku merasa kaku beku, saat dia memegang tanganku.
Aku merasa tak sanggup berjalan, saat dia membantuku menyebrang.
Aku merasa cantik, saat dia melihat kedua bola mataku dengan lamanya.
Aku merasa tenang, saat dia berjalan tepat didepanku.
Aku merasa resah, saat dia berjalan santai dibelakangku.
Aku merasa bahagia, saat duduk disebelah kanannya, bisa berkali-kali memperhatikannya.
Aku merasa paling bodoh, saat aku tak bisa menjawab, apa alasan lebih dari 7 tahun Pernah menyukainya.
Aku merasa paling benar, saat pergi meninggalkannya membiarkannya di yang kelima kalinya mencoba untuk mati didepanku.
Aku merasa paling salah, saat menghalalkan banyak hal hanya untuk membuatnya membenciku.
Aku merasa sendiri, saat dia meninggalkanku membiarkanku dikelas hanya ditemani sekantong makanan ringan dan sebatang rokok.
Aku merasa punya kakak keempat, saat dia memberikanku bantal berwarna pink.
Aku merasa punya pacar, saat menerima pesan; “ Cinta tidak memerlukan bahasa untuk pengungkapan, sebab ia sendirilah bahasa itu. “
Aku merasa ada yang sangat sayang, saat dia menarik kupingku berbisik berceramah.
Aku merasa dihina, saat tahu katanya dia berkata; ‘bibir tipis mungkin manis’
Aku merasa paling jujur, saat baru saja mengirim pesan padanya; “………suka 20%”
Aku merasa tak ingin pernah tidur, saat dia menelpon dimalamku dan berkata; “ lagi ngapain manis?”
Teruntuk;
Dia
Dia
Dia
Dia
Dia
Dia
Dia
Dia
Mereka
Terima kasih telah memberiku ‘rasa’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H