#ASRAMASYLVAPINUS
Asrama Sylvapinus yang diperuntukan bagi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor selepas Tingkat Persiapan Bersama(nama program setahun awal saat penulis masih aktif sebagai mahasiswa, sekarang mungkin sudah berubah nama programnyanya. Oh ya biasanya generasi kami menyingkatnya menjadi TPB ) berdiri pada tanggal 21 Februari 2012. Dibentuk dan didirikan karena adanya keinginan dari ex-penghuni asrama*(ex penghuni adalah mahasiswa aktif yang sebelumnya menghuni asrama regular non TPB yang kemudian berpindah ke Wisma Amarilis) Sylvalestari (selanjutnya kami lebih nyaman menyebut dan menyingkatnya menjadi "SL") sebagai inisiatornya dengan mengajak ex-Penghuni asrama Sylvasari selanjutnya kami lebih nyaman menyebut dan menyingkatnya menjadi "SS") Â yang saat itu bersama-sama bermukim di Wisma Amarilis setelah gedung asrama mereka dialihfungsikan sebagai Asrama tahun pertama program TPB. Keduanya bersepakat meninggalkan zona nyaman di Wisma Amarilis(Hunian gratis, penjagaan keamanan dari pengelola, akses internet dan wifi gratis dll) untuk meneruskan jiwa dan semangat asrama S1 reguler non-TPB.
Semua bermula di tahun 2010 manakala kouta kapasitas penerimaan mahasiswa TPB melonjak. Selanjutnya pihak rektorat mengambil keputusan bahwa penghuni-penghuni dari kedua asrama regular tersebut(SL dan SS)"dipaksa pindah" ke Wisma Amarilis. Hal itu berarti juga bahwa secara keorganisasian SL dan SS bubar di tahun 2010. Dari penuturan para  senior saat itu Ex-penghuni Sylvasari berpendapat bahwa hasil usmawan(calon penghuni baru asrama Sylvasari) tahun 2010 yakni angkatan 45-46*(Angkatan IPB) yang diterima( Sylvasari biasanya menerima mahasiswa tahun kedua dan ketiga) adalah angkatan terakhir. Dan dari proses pemindahan itu berharap bahwa nama Sylvasari tetap digunakan oleh institusi IPB sebagai nama gedung. Untuk selanjutnya ex penghuni akan menerima dipindahkan ke Wisma Amarilis.
Alam keputusan berbeda diambil oleh ex penghuni Sylvalestari. Mereka berfikir bahwasanya keberadaan asrama S1 reguler non TPB harus dilanjutkan. Hari-hari berikutnya adalah perjuangan melalui mediasi dan rapat dengan pihak rektorat terus dilakukan oleh ex penghuni ini. Sikap ex-penghuni SL ini didasarkan bahwa asrama adalah "kesatuan fisik dan semangat didalamnya wajib abadi dan terus hidup walaupun saat itu tak berfisik". Setelah melalui proses mediasi yang panjang rupanya pihak rektorat rupanya masih menganggap berat keinginan ex-penghuni SL ini karena toh ex-penghuni SS sudah mencukupkan keadaan mereka untuk menetap di Wisma Amarilis.
Ex-penghuni SL akhirnya bersiasat dan kemudian melobi ex-penghuni SS. Akhirnya kedua ex-penghuni bersepakat dan bersatu memperjuangkan eksistensi kembali asrama regular non TPB. Pilihan gedung kemudian dianalisa dan saat itu mereka melihat Wisma Pinus yang secara design fisik bangunan mirip dengan design gedung kedua asrama sebelumnya. Selain itu pertimbangan pemilihan gedung Wisma Pinus juga didasari karena kondisi gedung saat itu tidak terlalu terawat dan hanya digunakan sebagai penginapan sementara bagi tamu selayaknya pengelolaan penginapan murah. Dengan tambahan amunisi argumen, jumlah masa dan kekuatan proses mediasi pun dilancarkan ke rektorat kembali. Namun sepertinya pihak rektorat masih cukup alot untuk memenuhi keinginan ex-penghuni dua asrama besar ini.
Di akhir masa ajar tahun 2010/2011 dengan semangat membara dan kenekatan khas anak muda dilakukan exodus dari Wisma Amarilis ke Wisma Pinus sementara proses mediasi tetap dilanjutkan oleh tim thinktank asrama. Selain itu ex-Penghuni SL juga melakukan Open Recruitmen Capeng*(singkatan dari Calon Penghuni, istilah untuk calon penghuni baru asrama) secara tertutup. Dengan segala keterbatasan itu akhirnya terpilih 6 mahasiswa sebagai penghuni baru dari generasi Sylvalestari penghuni Wisma Pinus. Generasi ini akhirnya mendapatkan nama Eks Balak's. Sempat menjadi polemik bagi pengelola gedung Wisma Amarilis namun bukan problem yang besar dikarenakan kelihaian negosiasi dan siasat. Â Akhir Agustus dua masa Ex penghuni asrama SL dan SS berhasil mendapatkan Wisma Pinus walaupun ada pertemuan-pertemuan lanjutan untuk menetapkan status mereka sebagai penghuni dan pengelola Wisma Pinus.
Awal Januari 2012 disusunlah proposal pengajuan pengelolaan asrama. Saat itu berdasarkan rapat penghuni berhasil menetapkan nama baru untuk penggunaan entitas nama baru yakni " Asrama Sylvapinus". Alat kelengkapan seperti logo, visi dan misi asrama disusun kemudian. Juga system pengelolaan dan kepengurusannya.
Pada awalnya dipilih calon ketua asrama, lalu terpilihlah Metik sebagai Ketua Pertama Asrama Sylvapinus. Namun kemudian saat akan disusun struktur kepengurusan ada sedikit beda pendapat. Beberapa kelompok penghuni menilai pengurus haruslah diisi oleh semua penghuni asrama Sylvapinus. Namun juga ada pendapat bahwa  perlu adanya pembagian antara penghuni pengurus dan penghuni non pengurus. Pada akhirnya system yang terbentuk diambil dari pendapat kedua dimana ada penghuni pengurus yang diisi oleh mahasiswa tahun pertama dan kedua yang tinggal di asrama(biasanya tingkat dua dan tingkat tiga di kampus) serta penghuni non pengurus yang diisi oleh mahasiswa tingkat akhir. Tantangan tak berhenti di situ saja. Saat penyusunan dan penempatan pengurus pun masih ada sedikit beda pendapat. Ex-penghuni SS yg angkatan 46 dan 45 konon merasa tak ingin terlalu ambil bagian banyak di kepengurusan, tidak semua bersikap seperti itu karena toh dalam kesehariannya ada ex-penghuni SS ini yang bekerja sepenuh hati menjadi pengurus asrama Sylvapinus namun pada sebagian besar memang tidak mengambil peran besar dalam proker asrama. Metik lalu melakukan ultimatum kebijakan bahwa penghuni angkatan 46 wajib menjadi pengurus dan diberikan pilihan terbuka bagi angkatan 45 untuk menjadi/tidak menjadi pengurus asrama Sylvapinus tahun 2012.
Pertengahan tahun 2012 seluruh penghuni Asrama Sylvapinus akhirnya membuka Open Recruitment pertama mereka. Pertengahan tahun juga itu setelah proses waktu yang cukup panjang akhirnya lahir generasi pertama Asrama Sylvapinus yang diberi nama angkatan :Eks-Modis's sebuah akronim dari "Molor di Kamar Pak Kodis*". Pak Kodis sendiri adalah penjaga Wisma Pinus yang juga diberi amanah untuk mengelola system di Wisma Pinus.
Tulisan ini dibuat dalam alam pikir Karna Mongol Helmy pada medio tahun 2015 dengan pengubahan seminimal mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H