"Pak, tahun ini kami bakal belajar dengan Ibu Novi terus ya, Pak?"
"Lha, ya iya. Bu Novi kan adalah guru kelas. Beliau adalah wali kelas kalian."
Hehehe. Kemarin aku punya kisah yang cukup menarik. Sesaat setelah memasuki ruangan kelas VI SD untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, tiba-tiba saja seorang siswa menanyakan hal yang tak biasa.
Entah mau bertanya, atau malah mengeluh, siswa laki-laki ini mulai merasa aneh gara-gara yang sering masuk ke kelasnya tahun ini adalah Bu Guru Novi. Padahal ya wajar saja, sih, soalnya rekan mengajarku ini merupakan guru yang ditugaskan menjadi wali kelas VI.
Hanya saja, dalam kurun 1 semester terakhir, kami sempat kekurangan wali kelas V karena guru tersebut sedang cuti. Alhasil, setiap hari sekolah, bergantianlah antara aku, rekan guru Penjasorkes, dan guru kelas I demi mengajar siswa kelas V.
Hal inilah yang disinyalir menjadi biang dari munculnya pertanyaan tersebut, bahwa siswa kelas V SD kami seraya kembali ke era 2000-an di mana pembelajaran Tematik belum lahir.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, dulu status guru kelas yang bertanggung jawab mengajar 24 jam di satu jenjang kelas itu belum ada. Yang ada hanya wali kelas, dan peran maupun fungsinya pun relatif sama dengan wali kelas tingkat SMP maupun SMA.
Soalnya dulu guru pembelajaran di SD belum dirangkum menjadi satu tema. Masih ada guru mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, PPKN, hingga beberapa mata pelajaran lainnya. Alhasil, dalam satu minggu siswa di jenjang kelas tertentu bisa belajar dengan 5-8 guru yang berbeda.
Sedangkan sekarang, kisahnya jadi cukup berbeda semenjak ada Pembelajaran Tematik.
Mata pelajaran yang sebelumnya dipisah seperti PPKN, IPA, IPS, Matematika, hingga Seni Budaya sekarang telah digabung menjadi satu tema dan sosok pengajarnya adalah guru kelas.
Cuma ada mata pelajaran Pendidikan Agama, Penjasorkes, dan Muatan lokal yang terpisah dari Pembelajaran Tematik. Dengan begitu, gurunya pun berbeda.
Walau begitu kisahnya, lagi-lagi pembelajaran di SD itu boleh kita katakan krusial sekaligus spesial. Mengapa kukatakan demikian?