Sebenarnya aku ingin mengangkat judul "Jangan Didik Anak Kita Menjadi Pengemis di Hari Raya", tapi rasanya tajuk tersebut terlampau kejam. Ya, seakan-akan THR bagi anak-anak yang didesain dengan sistem "salam tempel" itu tidak ada nilai positifnya saja!
Memang ada nilai positif dari pemberian THR? Ada donk!
Tapi tunggu dulu, aku ingin berbagi kisah, pengalaman, sekaligus fenomena yang membuat anak-anak dicap ala pengemis alias peminta-minta jajan hari Raya.
Kisah Pertama
Pada lebaran Idul Fitri dua tahun yang lalu, aku menyempatkan diri untuk bersilaturahmi ke rumah beberapa warga yang rumahnya berada di dekat rumah nenekku. Seketika aku singgah, terdengarlah kalimat seperti ini:
"Nah, Nak! Mintalah THR ke Bang Oji tuh, dio lah PNS kini. Besak gajinyo tuh!"
Sontak saja aku tersenyum rendah. Dalam hati, rasa-rasanya senyumku yang tulus berubah menjadi modus.
Terang saja, sejak awal bertamu aku sejatinya sudah menyiapkan THR untuk anak-anak yang datang kepadaku via salam tempel. Tapi ya, tidak begitu pula cara mintanya!
Kesannya agak bagaimana, gitu. Doa agar gaji besar tentu saja aku terima dengan lapang dada nan setulusnya, tapi soal minta-minta tadi? Rasanya itu adalah salah satu cara mengajarkan anak agar bermental "pengemis".Soalnya Ibuku tidak pernah mengajarkanku cara yang "begituan".
Kisah Kedua
Fenomena ini terjadi sekitar dua bulan yang lalu. Ingin kutulis sejak lama, namun aku merasa belum mendapat momentum yang pas. Dan jelang 1 Syawal 1442 H, aku yakin cocok untuk bahan pelajaran kita bersama.