Pernahkah diri ini merasa sudah berusaha sekuat tenaga namun tak kunjung merengkuh hasil yang maksimal, sedangkan orang lain hanya berusaha dengan seujung jari, eh, malah nyaris selalu dinaungi keberuntungan?
Pernahkah diri ini merasa sudah rajin beribadah, namun keberuntungan seakan-akan terus berpihak kepada orang lain?
Syahdan, pantaskah bila diri ini iri?
“Wama Indallahi Khoir”
(Apa yang Ada di Sisi Allah Lebih Baik.)
***
Apakah diri ini sudah baik, atau minimal cukup baik? Hemm, baik atau tidaknya diri ini hanya Allah yang Maha Tahu. Bahkan, merasa diri sudah baik saja bisa mencelakakan kita.
Akan hadir sifat ujub (takjub terhadap diri sendiri), merasa diri paling suci bahkan terlampau jauh menabur prasangka negatif kepada orang lain. Nauzubillah!
Padahal, berkali-kali kita menyadari bahwa ada bergumpal aib yang Allah tutupi.
Banyak aib Allah tutupi agar orang-orang tidak menjauh dari kita, agar orang lain tetap ingin berteman dengan kita, juga agar orang lain tidak mengetahui betapa hinanya diri dengan dosa-dosa. Itulah salah satu sifat Allah, Al-Ghaffar (Maha Menutupi).
Nah, kembali mengingat banyaknya dosa, kembali pula kita punya segudang motivasi untuk berusaha menjadi lebih baik daripada hari ini. Sesekali merenungi masa lalu, ternyata diri ini begitu berdosa, lalai, malas, serta egois untuk mempertahankan perbuatan jelek.
Hari ini motivasi untuk move on menjadi lebih baik begitu tinggi, tiba-tiba dua hari kemudian motivasi itu runtuh bak batu gunung yang jatuh dari atas tebing. Tajamnya batu tersebut malah melukai, dan luka itu sama halnya seperti segenap dosa yang terus mencelakakan diri.