Kuliah sambil kerja, atau kerja sambil kuliah? Ah, repot untuk memilah serta mendahulukan salah satunya. Pekerjaan adalah pilihan yang suatu hari bakal menjadi kewajiban, sedangkan perkuliahan juga bagian dari kewajiban menuntut ilmu.
Keduanya sama-sama berat, bukan? Barangkali begitu. Aku sendiri pun cukup kesusahan untuk mencari seperti apa definisi berat tersebut. Tapi, ya, baik itu kuliah maupun kerja adalah pilihan, dan pilihan tersebut secara tidak langsung telah menghadirkan ujian mental.
Bagaimana tidak, dalam dunia pekerjaan kita seringkali dihadirkan setumpuk masalah yang datangnya tiada disangka-sangka. Sebut saja seperti rencana kerja yang gagal, mendadak lembur, aturan kerja yang ketat, atasan yang "nyeleneh", hingga pencairan gaji yang mampet.
Tantangan kuliah pula demikian.
Terkadang ada segunung tugas dari dosen yang membuat jari-jari tangan kram, jadwal kuliah yang berubah-ubah, bahkan sering pula ditemukan kasus dosen pembimbing yang PHP. Katanya mau datang, tapi ketika kita tunggu eh dosennya absen. Ciyeee, di-ghosting dong!
Tapi, bagaimana bila kemudian kegiatan pekerjaan dibarengi dengan perkuliahan? Bagi mereka yang sedang menjalaninya, pasti ada gagasan yang bertitik simpul pada kata "Berat, Bro".
Mengapa begitu? Soalnya saya sedang merasakannya sendiri hari ini, bahkan rasa ini juga didukung dengan beberapa fenomena "miris" dan cukup "nyesek" di hati.
Bagaimana tidak nyesek, beberapa teman saya yang sedang duduk di semester akhir terpaksa harus mengambil cuti gegara bimbingan tesisnya terus mengalami kendala. Bikin tesisnya mungkin mudah, tapi sayang, ketemuan sama dosennya yang susah. Hemm
Dan lebih dari sekadar itu, ada beberapa hal lain yang seakan mengajak saya mengambil kesimpulan bahwa kuliah sambil kerja itu berat. O ya, ini serius, Bro!
Kuliah Sambil Kerja: Berat Ongkosnya
Beruntunglah bagi dirimu yang saat ini eksis menempuh kuliah lewat jalur beasiswa. Tapi...beruntunglah pula bagi dirimu yang saat ini juga eksis menempuh kuliah menggunakan biaya sendiri.