Sebentar lagi fajar bakal menyapa, tapi aku malah betah berselimut hampa. Hangat dalam lamunan. Sesekali dingin dalam kekosongan. Menenangkan hati yang berkecamuk enggan.
Padahal malam kemarin begitu riang. Sepiku jadi ramai dengan bintang-bintang. Tapi sayang...diriku yang lain mulai bersitegang.
Lalu, bolehkah aku pergi?
Dalam diam, pelan-pelan aku menabur harap kepada fajar baru. Dia menawarkan kepadaku selimut yang baru, dengan seberkas cahaya jingga. Tidak lagi ungu, juga tidak dengan harap-harap buntu.
Rasanya malamku kemarin berirama semu, hingga akhirnya aku tidak pernah bisa tidur nyenyak. Saban hari membayangkan hati akan mekar, tapi nyatanya harap berkuncup entah.
Sekali lagi, bolehkah aku pergi?
Aku ingin pergi, lalu berkelana tidak ke gurun tandus. Selama ini ternyata fatamorgana. Mungkin besok juga. Entah sementara, atau malah selamanya.
Sinar Gunung, 16/02/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H