Dirimu sering menyaksikan serial Nobita dan Doraemon? Kalo iya, berarti kita sama. Aku juga sering. Hehehe. Tidak ada yang salah, sih. Soalnya manga sekaligus anime yang diracik oleh  Fujiko F. Fujio sejak tahun 1969 ini dapat dinikmati oleh semua orang tanpa memandang umur.
Bahkan, gegara alasan itulah serial Nobita dan Doraemon mampu mendulang eksis hinggalah hari ini.
Terang saja, kisah Nobita yang perjuangannya nyaris selalu dibantu oleh Doraemon sungguh penuh dengan emosi. Kadang lucu, kadang kesal, kadang bosan, kadang menggemaskan, kadang terharu, dan kadang pula iri dengan alat-alat super Doraemon yang datang dari abad ke-22.
Tapi, di sini aku tidak akan bercerita lebih jauh tentang apa-apa saja alat canggih di dalam kantong Doraemon. Apalagi ingin bertemu denganmu menggunakan pintu ke mana saja. Eh.
Maksudnya, aku ingin melirik sedikit lebih fokus kepada Sensei alias Pak Guru Nobi yang berperan sebagai Guru SD. Ya, sekilas tidak ada yang aneh dengan gerak-gerik Sensei Nobi. Bahkan, kegiatannya yang sesekali mampir ke rumah orangtua siswa patut diacungi jempol.
Tapi, menimbang keadaan hari ini, menurutku ada beberapa karakter sekaligus gaya mengajar Pak Guru Nobi yang tidak boleh lagi kita tiru.
Secara, era Merdeka Belajar tidak lagi sama dengan era 90-an. Terlepas dari banyaknya pengakuan bahwa pembelajaran era 90 hingga 2000-an mampu mendulang nilai efektifitas yang tinggi, sayangnya pengakuan tersebut tidak cocok lagi dengan gaya belajar generasi Z dan Aplha.
Maka dari itulah, berkaca dari serial Doraemon yang terus merengkuh eksistensi hingga sekarang, tercatat ada 3 gaya mengajar ala Sensei Nobi yang rasanya tak boleh lagi ditiru oleh guru masa kini.
Pertama, Pak Guru Nobi Sering Menghukum Siswa
Benar. Benar sekali bahwa Sensei Nobi sering menghukum siswa SD, terutama Nobita. Pak Guru Nobi dalam setiap episode serial Doraemon hampir selalu menghukum Nobita untuk berdiri di depan lorong kelas. Kalau tidak disuruh berdiri, Nobita diminta menyapu kelas.