Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tahun 2020 Sudah Mau Habis, Saatnya Kita "Melek-melek" tentang Pendidikan

26 Desember 2020   07:33 Diperbarui: 26 Desember 2020   19:23 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dirilis Rabu (16/9/2020), memperlihatkan sejumlah siswa SDN Marmoyo, mengerjakan tugas dengan berkelompok menggunakan gawai secara bergantian di rumah warga Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19 ini memunculkan masalah tersendiri bagi anak-anak yang tinggal di wilayah pelosok Jombang yang tidak bisa mengakses jaringan internet.(ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF)

Namun, dalam beberapa bulan terakhir ini, pendidikan kita cukup sering dibuat dilema antara mau menggelar sistem pembelajaran tatap muka atau sistem pembelajaran jarak jauh saja.

Alasan mengapa Pembelajaran Tatap Buka perlu segera digelar. Dok. Kemendikbud
Alasan mengapa Pembelajaran Tatap Buka perlu segera digelar. Dok. Kemendikbud

Berbulan-bulan perdebatannya tak kunjung berakhir dengan bersandar pada alasan kesehatan dan psikososial. Padahal, kedua alasan ini tak bisa saling bentur maupun saling sikut, hanya perlu diselesaikan dengan menghadirkan opsi baru di luar PJJ maupun pembelajaran tatap muka.

Dari sana, alhasil lahirlah pilihan baru sebagai perwujudan dari melek sistem pembelajaran. Sebut saja seperti kegiatan guru kunjung, kelompok belajar kecil, hingga blended bin hybrid learning.

Terdengar cukup baru, kan? 

Agaknya aktivitas melek orientasi pembelajaran akan sangat mantap ketika disandingkan dengan melek sistem pembelajaran. Meski begitu, penyandingan keduanya perlu didasari dari kebijaksanaan guru maupun orangtua siswa.

Sebagai contoh, ketika sistem pembelajaran digelar secara tatap muka, guru mungkin bisa mengontrol konsentrasi siswa bahkan secara dominan. Meskipun pada dasarnya konsentrasi pelajar akan semakin pecah seiring dengan angka jam dinding yang semakin siang.

Kemampuan Konsentrasi Siswa Menurut Umurnya. Dok. Ozy V. Alandika/Sumber data: Kompas/2020
Kemampuan Konsentrasi Siswa Menurut Umurnya. Dok. Ozy V. Alandika/Sumber data: Kompas/2020

Tapi, di era PJJ, kontrol konsentrasi siswa jadi terbatas karena pertemuan yang digelar juga punya batas. Belum lagi dengan permasalahan teknis tak terduga lainnya.

Alhasil, siswa usia 10 tahun yang tadinya memiliki rentang konsentrasi selama 20-30 menit bisa saja berubah menjadi 10 menit. Alasannya? Mungkin sinyal internet lemah, atau video pembelajarannya kabur.

Kalau sudah begitu, sudah pasti metode mengajar ceramah lama-lama sudah tak efektif lagi. adapun orientasi mengajar yang perlu digaungkan adalah menempatkan guru sebagai motivator, fasilitator, mediator, bahkan juga moderator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun