Tahun 2020 barangkali cukup "suram" bagi eksistensi pendidikan di Bumi Pertiwi tercinta. Bagaimana tidak suram, berbagai masalah terkait pelaksanaan pembelajaran di tiap satuan pendidikan muncul silih berganti.
Sebut saja seperti ditemukannya sekolah-sekolah yang belum terjamah oleh listrik, belum dimasuki sinyal internet, hingga segenap mahasiswa yang mengaku "tepar" menghadapi segunung tugas kuliah.
Terdengar begitu berat, kan?Â
Kenyataannya memang begitu. Dan di sebalik keberatan ini, kurang bijak rasanya jika stakeholder pendidikan di Indonesia cuma berlindung dengan alasan "pandemi".
Di awal-awal kisah datangnya corona, mungkin alasan kesulitan adaptasi bisa diterima. Tapi kalau sudah lewat 9 bulan? Senada dengan perempuan hamil, bahwa pemangku kepentingan semestinya sudah melahirkan "buah hati" alias solusi apik bagi sekelumit masalah pendidikan.
Sekarang, tahun 2021 sudah hampir menjelang. Artinya, pembelajaran semester genap akan segera bergulir.
Entah nanti pembelajaran di tiap-tiap satuan pendidikan digelar secara tatap muka atau malah tetap daring, sebenarnya hal tersebut bukan masalah lagi ketika kita semua menyempatkan diri untuk "melek-melek" pendidikan serta memetik resolusi mendalam darinya.
Apa itu "melek-melek"?Â
Di kotaku (Curup, Bengkulu), kegiatan "melek-melek" biasanya dilakukan ketika tetangga atau kerabat dekat ingin menggelar hajatan. Aktivitas ini biasanya dilakukan di malam hari, yaitu berupa diskusi secara fokus hingga santai terkait kesuksesan acara hajatan.
Namun, di sisi yang sama kita juga kerapkali mendengar kata-kata "melek aksara", kan? Yang berarti bahwa di dalam kata "melek" terkandung makna kemampuan alias kompetensi.
Karena tahun 2020 sudah mau berakhir, agaknya ini kesempatan yang baik bagi para siswa, guru, orangtua, hingga pemerintah untuk melek-melek beberapa hal tentang pendidikan. Mas Mendikbud saja baru-baru ini sibuk mencari Wamendikbud, kan? Meskipun belum dapat. Hehehe