Sebegitu pentingkah yang namanya apresiasi dalam pembelajaran? Agaknya sangat penting sekali, ya. Jangankan hanya siswa, bahkan semua orang dari usia termuda hingga tertua akan merasakan bahagia yang bertumbuh andai setiap butir perjuangan mereka diapresiasi.
Hal ini tidak bisa kita mungkiri, karena biar bagaimanapun kisahnya, kehadiran apresiasi akan memberikan dampak berupa kesenangan, semangat, juga kebanggaan. Tidak terkecuali, juga dalam proses belajar-mengajar.
Secara umum, siswa sangat senang ketika mereka dipuji, dihargai, diperhatikan, serta ditanggapi serius tentang apa-apa saja pendapatnya. Apalagi kalau mereka dapat hadiah. Lebih "wow" lagi perasaannya. Hadiah tadi akan diceritakan oleh siswa kepada teman-teman, hingga keluarganya.
Sedangkan lebih dari itu, sejatinya apresiasi adalah sebuah seni dalam mengajar. Dalam artian, tidak hanya karya-karya inovatif yang tampak secara fisik saja yang diapresiasi, melainkan juga gagasan, karakter, hingga kecenderungan akan keingintahuan.
Hanya saja, ketika kita melihat eksistensi pembelajaran di Bumi Pertiwi akhir-akhir ini, saya merasakan bahwa keberadaan apresiasi mulai tersamarkan.
Buktinya? Belum lama ini ada survei dari KPAI yang menunjukkan hasil bahwa ada 73,2 persen siswa merasa senang berat mengerjakan tugas pemberian guru.
Detailnya, tugas yang paling tidak siswa senangi adalah membuat video (55,5 persen), menjawab soal dalam jumlah banyak (44,5 persen), merangkum bab materi (39,4 persen), dan menuliskan soal yang ada di dalam buku cetak (25,6 persen).
Bahkan, saya kira, sesungguhnya kesulitan siswa bisa lebih dari ini. Mata pelajaran ada banyak, sehingga tugas siswa dalam satu minggu otomatis menumpuk. Lebih lagi, tidak semua siswa hebat dalam memanajemen waktu penyelesaian tugas, kan?
Alhasil, wajar saja bila kemudian ada sejumput siswa yang enggan menyelesaikan tugas PJJ. Nilainya kosong.
Bahkan, di sebuah grup guru yang saya ikuti, malah gurunya yang seakan-akan memelas agar siswa mau mengerjakan tugas. Dikirimnya tugas via japri, tapi sayang, sang siswa hanya read saja. hadirnya centang biru di menu pesan WA seakan membuat hati guru tambah sakit.