Aku tak tahu kesibukan fajarmu, tapi Tuhan tahu. Entah mungkin di singsing fajar tadi engkau masih terlelap. Entah mungkin setelahnya engkau belum tertidur.
Bahkan, tiap detik waktu sadarmu telah menjadi catatan.
Aku tak tahu kesibukan siangmu, tapi Tuhan tahu. Entah mungkin siang tadi engkau sibuk membelokkan jalan tol. Entah mungkin siang tadi engkau sibuk meluruskan tikungan.
Bahkan, sepercik aspal seberat satu mikrogram telah menjadi catatan.
Aku tak tahu kesibukan soremu, tapi Tuhan tahu. Entah mungkin sore tadi engkau sibuk menempa stempel. Entah mungkin hingga ujung sore engkau masih sibuk mempelajari tandatangan tiruan.
Bahkan, setitik tinta stempel bisa terdaftar sebagai duri bagimu.
Juga, aku tak tahu kesibukan malammu, tapi Tuhan tahu. Entah mungkin malam tadi engkau sibuk bertaruh. Entah mungkin sepanjang malam engkau berdalih kepada anak-istrimu.
Bahkan, sepenggal kata telah menuntut balas di ujung jembatan masa kemudianmu.
Sama. Aku pula demikian. Aku tahu bahwa fajar, siang, sore, hingga malamku penuh dengan lena. Yang kutahu, Tuhan tahu. Yang aku tak tahu, Tuhan tahu. Tak selamat aku dan engkau ketika kita menipu.
Persiapan selamat ada salah satu, tidurlah engkau sebagai orang  yang bertobat.