Pernahkah seorang penulis itu merasa bosan? Kalo aku sih, pernah. Harap maklum, ya. Aku penulis pemula yang baru sekitar satu tahun menjelajah diksi. Maka dari itulah hawa-hawa kebosanan sering bertamu di pelupuk pikirku.
Tapi, maksud kebosananku di sini ialah bosan menulis tentang tema "itu-itu" saja. Terutamanya di Kompasiana.
Barangkali teman-teman tercinta di manapun mereka berada cukup mengenaliku dari segi tema kepenulisan. Ya, meskipun sebenarnya aku sedang kepedean karena sok ngaku di kenal. Hohoho.
Sebetulnya memang benar, sih. Beberapa Kners telah memahamiku sebagai seorang guru yang cukup sering menulis dengan fokus tema pendidikan. Bahkan, Prof. Felix yang hingga saat ini sedang sibuk dengan Si Poltak pun sempat berkomentar bahwa tulisanku terlalu serius.
Di sisi lain, Kners Pak Efwe yang dulunya rajin membimbingku dalam setiap komentarnya juga sempat mengajakku untuk coba menulis di topik politik. Wah, sempat sih ada rasa ingin. Tapi sayang, rasa itu memudar ibarat embun yang segera lenyap dalam segelas kopi.
Pada dasarnya, rasa ingin yang bergaung di batinku adalah tentang menulis secara bebas. Bebas yang kumaksud ialah "suka-suka" mau menulis apa saja, dengan terma yang juga apa saja. Namun, seiring dengan berlalunya bulan, kecenderungan itu mulai tampak. Semakin ke sini, aku semakin sering menuruti kata hatiku yang berteriak "Bang Ozy nulis tentang edukasi saja!" Ya sudah. Kuturuti saja. Toh, kalau kata hati itu arahnya baik, kita perlu menggandengnya, kan?
Sayangnya, terkadang aku bosan bila harus menulis topik alias tema seputar edukasi saja. Hari ini tentang guru, besok tentang siswa, besoknya lagi tentang Mas Nadiem. Perasaan, setiap kali aku menulis, tema itu-itu saja yang kuputar balikkan.
Sedangkan di sisi lain, aku malah takjub dengan keistiqomahan para Kners yang rajin menulis di satu kategori. Semisal, Kners bidang puisi. Masing-masing dari mereka dalam setiap harinya bisa memublikasikan lebih dari 3 puisi.
Kukatakan, jelas itu sungguh hebat. Tidak banyak orang yang bisa melakukannya secara terus-menerus. Alhasil, semakin tegaslah pembuktian bahwasannya teguh pendirian itu berat. Konsisten menulis dalam satu tema bagiku bukanlah perkara mudah.
Dan kembali lagi kepada kisahku, terkadang aku sering mencoba keluar dari kegiatan menulis pada topik yang "itu-itu" saja. Sesekali aku isi kanal fiksi, bisnis, gaya hidup, hingga topik bola. Dengan cara inilah aku mencoba untuk menulis secara "bebas".
Meski begitu, semakin aku keluar dan mencari "kebebasan" menulis, ide-ide yang datang malah seakan "memaksaku" untuk kembali menulis di ranah edukasi. Hanya saja, sudut pandangnya yang berbeda.