Sebenarnya guru itu punya rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang baru dalam sistem mengajar. Contoh sederhana saja, misalnya guru di sekolah A mengajar dengan sistem shif per tingkatan kelas, sedangkan guru di sekolah X mengajar dengan sistem blended daring-luring.
Kedua guru ini pasti punya rasa ingin untuk mendalami bagaimana sih sistem belajar yang beda dari sekolah mereka. Lah iya, kalo sama, untuk apa dibahas, kan?
Inilah yang menjadi salah satu dasar argumenku tentang mengapa inovasi di sekolah cenderung minim. Wajar, kalau cerita di ruang temu guru melulu tentang arisan, musuh tetanggaan, serta berghibah-ghibahan, mana mungkin akan muncul inovasi!
Maka dari itulah, menurutku, sesuatu yang baru, sesuatu yang beda terutama yang menyangkut dengan sistem mengajar di tengah pandemi akan meningkatkan rasa ingin tahu, rasa perhatian, kepedulian, hingga rasa ingin bagi para guru untuk mencoba sistem pengajaran yang baru.
Kurasa, inilah berkah dari hadirnya pandemi, sekaligus setitik harapan sebagai buah dari jargon "Merdeka Belajar".
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H