Hari ini malam Selasa. Mungkin, bagi para jomlo sejagat raya, setiap malam jelang pergantian hari adalah malam Minggu. Eh, terbalik, ya? Maksudku, malam Minggu tak pernah ada dalam kamus para jomlo. Semua malam itu sama seperti biasanya. Selalu sibuk! Hemm
Para jomlo itu sibuk, duhai Bapak/Ibu! Jomlo yang kuat adalah mereka yang tak kunjung lemah hati dengan status alai bin lebai tentang indahnya kisah cinta sejoli yang sudah duluan menikah.
Kalaulah kemudian banyak status "perundungan" terhadap jomlo di beranda Facebook, Twitter, hingga story WA dan IG, toh, gampang saja. Tinggal di-skip, dan ter-skip pulalah yang namanya kegalauan.
Meski demikian adanya, negara kita Indonesia ini memang unik. Entah mungkin ini adalah efek dari sikap ramah-tamah bercerita, tidak sedikit orang yang tak pernah puas dengan jawaban dari sebuah pertanyaan.
Misalnya, ada seorang Emak bertanya kepada seorang penjual ikan tentang berapa harga ikan.
Apakah cukup bagi Si Emak jika hanya mendapat data tentang harga ikan saja? Tentu tidak. Emak tadi bisa jadi bertanya tentang harga daging ayam potong, harga cumi, hingga alamat lengkap Si penjual. Eh
Begitulah. Tidak jauh berbeda, kisah para jomlo juga demikian. Di situasi-situasi tertentu, seringkali datang pertanyaan-pernyataan yang memborbardir privasi.
Terkadang, gara-gara tak sengaja bertatapan dengan seorang gadis maupun pria di tengah jalan, si jomlo bisa "dirundung" hingga berminggu-minggu. Terhadap seorang gadis maupun pria yang tak sengaja tertatap saja kisahnya bisa jadi "seseru" itu, apalagi kalau sudah sering ngobrol!
Faktanya, aku pun cukup sering mengalami hal yang demikian. Hanya gara-gara sering bercengkramah dengan seorang gadis yang sejatinya sudah lama kukenal sebagai teman, beberapa rekan kerja malah tak habis napas untuk terus "merundungiku".
Duh! Memangnya tak ada bahasan lain apa! Sesibuk itukah kisah kami hingga terus kalian jadikan topik utama bercerita?