Tertuang dalam coretan tangan Syaiful Bahri Djamarah dalam buku "Psikologi Belajar", setidaknya ada 10 sifat guru yang tidak disukai siswa.
Mulai dari guru yang sangat sering marah-marah, tidak suka membantu siswa, tidak adil, tinggi hati, kasar, tidak peduli dengan perasaan siswa, tak berminat dan tak mau memahami siswa, memberikan tugas di luar batas kewajaran, hingga guru yang tak bisa menjaga ketertiban kelas seringkali membuat siswa menderita.
Tambah lagi kalau sistem pembelajarannya adalah daring, malah jadi "doubel kill" menderitanya. Hemm.
Kepribadian Guru Adalah Kunci
Mau seperti apapun sistem pembelajaran, Kepribadian guru adalah kuncinya. Siswa akan jadi menderita atau bahagia dalam belajar salah satunya bergantung pada semenarik apakah figur sang guru.
Terang saja, di lingkungan sekolah (terutama) guru menjadi panutan para siswa. Tidak hanya guru Agama atau guru PKn saja yang perlu menjunjung tinggi kepribadian teladan, melainkan seluruh guru berikut dengan masyarakat sekolah.
Bukankah kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian yang ia wujudkan? Pastinya. Jika saja ada sedikit cela dan nista yang yang melambung dari mulut seorang guru kepada siswanya, maka tercemarlah nama baik sang guru dan pembelajaran siswa juga akan ikut menderita.
Jadi, wajar saja bila kepribadian seorang guru disandingkan dengan 4 kompetensi utama seorang pendidik. Ada kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Namun, untuk membuat siswa lebih bahagia dalam belajar, guru memang dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik dan yang pantas untuk dijadikan teladan.
Contoh sikap yang mampu menepis derita belajar siswa misalnya, sang guru suka menolong siswa ketika kesulitan, gembira, bersahabat, perhatian, mau memahami siswanya, tegas sesuai porsinya, tidak pilih kasih, tak suka mencela, dan masih banyak yang lainnya.
Lha, kayaknya jadi guru itu berat banget, ya?
Sebenarnya tidak berat karena yang perlu seorang guru pahami adalah, kepada gurulah para siswa menyandarkan kebahagiaan belajar ketika di sekolah.
Maka dari itulah, tidak berlebihan kiranya jika siswa selalu mengharapkan figur seorang guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan mereka.