Hari yang cerah untuk para penduduk bangku. Jiwa-jiwa pengharap duduk tegak sembari melipat kedua tangan. Mereka baru saja selesai memberi salam. Di hadapan, telah datang sang mentari peradaban.
"Hadir semua?"
Para penduduk bangku membuka jendela dan siap bertualang ke seluruh semesta. Planet-planet mulai mengitari meja, kutikula dan tudung akar juga mulai hidup di lantai. Peradaban bertumbuh jadi benua.
Aku takjub. Masa depan yang cerah ternyata bersembunyi di balik pintu kelas. Aku bangga. Aku cinta dengan jiwa-jiwa pengharap. Ingin rasanya kedua bola mataku berlari menuju jendela.
"Kami bingung, Pak!"
Sesaat kujenguk kelas semesta, entah mengapa petualangan tak lagi seindah senja. Susunan planet jadi berantakan. Kutikula dan tudung akar jadi tandus karena kehausan. Aku tak menemukanmu. Aku mulai meragukanmu, duhai peradaban.
"Ayo kita keluar kelas!"
Para penduduk bangku mulai meninggalkan meja. Planet-planet menyelinap ke angkasa. Kutikula dan tudung akar kembali bertemu tanah. Semua bergembira. Jendela ikut tertawa.
Aku semakin bangga. Begitu hebatnya sang mentari peradaban. Aku telah menemukanmu di halaman sekolah.
Curup, 14 September 2020