Langit mulai bergemuruh, lalu 24 orang penduduk berteduh di sebuah pondok tua. Mereka sedang merindukan rembulan, tapi rembulan masih betah bersembunyi di belakang bumantara.
Terang saja perjalanan menuju rembulan itu masih sangat jauh. Mereka tidak memiliki banyak ongkos untuk berlabuh. 24 orang penduduk yang berteduh ingin keringat mereka segera luruh.
"Tinggallah di sini hingga beberapa malam. Kami ingin istirahat dan minum kopi!" kata sebagian penduduk.
Sebagian penduduk lain hanya tersedan-sedan. Angka enam puluh sama sekali belum terbayang di sekujur angan. Mereka sangat takut karena hari ini masih kurang amalan. Juga tidak cukup ongkos untuk berbaris panjang di antrean.
"Kami tak mau menikmati keteduhan ini lebih lama lagi!" jawab sebagian penduduk yang sedang resah.
Sejenak, gemuruh mulai meninggalkan langit. 24 orang penduduk segera melanjutkan perjalanan.
Mereka tidak terlalu rindu dengan angan, pun kesedihan. Sesungguhnya mereka rindu dengan Tuhan.
Curup, 24 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H