Alhamdulillah, hari ini, 20 Agustus 2020 kita telah memasuki Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1442 Hijriah.
Hijriah sendiri berkenaan dengan tarikh Islam yang dimulai ketika Rasul tercinta, Nabi Muhammad SAW berpindah dari Mekkah ke Madinah.
Namun, di masa sekarang momentum hijriah ini bisa kita manfaatkan untuk melakukan transisi ke arah yang lebih baik. Konteks hari ini adalah berjuang di tengah pandemi, Artinya, Muharam adalah salah satu pijakan negeri untuk membenahi tiap-tiap sektor, misalnya di bidang pendidikan.
Beruntung bagi kita bahwa hadirnya Tahun Baru Islam ini hanya berselang beberapa hari dari peringatan HUT RI ke-75. Mengapa disebut beruntung? Ada 2 momentum besar di sini, dan semestinya ada refleksi yang lebih besar pula.
Refleksi dari kemerdekaan telah mengajak kita untuk terus memerangi pandemi dan krisis, sedangkan perenungan terhadap 1 Muharam juga mengajak kita untuk melakukan transisi ke arah yang lebih baik, terutama dari segi akhlak.
Terang saja, di Indonesia, bahkan di dunia ini, akhlak adalah satu-satunya pendidikan yang tidak terindeks secara utuh di dalam kurikulum pembelajaran di satuan pendidikan manapun. Mengapa bisa begitu?
Akhlak ialah perwujudan perilaku, dan kemantapan akhlak seseorang tidak bergantung pada nilai 100 atau A+ di pelajarannya. Jadi, memigrasikan akhlak yang baik secara teori menuju ke ranah implementasi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang cukup sulit.
Tambah lagi dalam dunia pendidikan di bumi Pertiwi tercinta saat ini kita sedang menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sedikitnya porsi pertemuan tatap muka antara guru dan murid akan menghambat upaya migrasi akhlak itu sendiri.
Memang benar bahwasannya kelebihan lain dari sistem PJJ adalah semakin akrabnya hubungan orangtua dan anak di rumah. Tapi, sayangnya tidak semua orangtua mampu dan sempat memberikan perhatian yang lebih untuk "menghijrahkan" anaknya ke arah yang lebih baik.
Malahan, sebagian orangtua mengaku stres karena harus menambah uang jajan anak demi memberi beberapa Gigabites kuota internet. Sedangkan anaknya?
Anaknya juga ikut stres karena ditimpa oleh banyak tugas. Istilah KPAI, "tugas maha berat". Tugas yang berat adalah imbas dari "ngebetnya" guru untuk mengejar ketercapaian kurikulum.