Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Temanilah Orangtuamu Menonton Televisi, Sesungguhnya Mereka "UWU"

18 Agustus 2020   21:38 Diperbarui: 18 Agustus 2020   22:14 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Matthias Zomer dari Pexels

"Ah, televisi. Basi!"

"Inikan sudah zaman milenial, digital dan virtual!"

Kamu benar, benar banget malahan. Tapi, kukatakan, kebenaran itu hanya milikmu, hanya egomu, dan hanya sesuai dengan zamanmu.

Sebagai seseorang yang terindeks dalam buku yang berjudul generasi milenial dan generasi Z, kita memang tak boleh gagap dengan teknologi. Leletnya upgrade pengetahuan tentang IT akan menyebabkan kita seakan ditinggal oleh zaman. Kamu pasti menyadarinya, kan?

Tapi sayang! Sebagian papa dan mama, ayah dan ibu, alias orangtua kita tidaklah seperti itu. Mereka lebih dulu lahir daripada kita, mereka lebih lama hidup daripada kita, sehingga orangtua berada pada zaman yang berbeda.

Orangtua kita jelas belum lahir pada zaman batu, belum juga di zaman holosen, maupun di zaman mesozoikum. Periode 1945 sampai 1970-an, kira-kira itulah tahun mereka lahir ke dunia. Tentunya, dalam konteks tulisan yang sedang kubahas.

Di zaman ini, teknologi belum seindah foto senja yang terpampang di smartphone ber-RAM 12 Giga. Pernah melihat dan menonton serial via layar tancap saja mereka sudah bangga luar biasa. Dan saat ini, hadirnya televisi seakan menjadi penyambung urat bahagia.

Ketika kecil, aku begitu menyadari hal ini. Kiranya kamu juga demikan. Di ruang keluarga, kebahagiaan pun tercipta. Bersama ayah dan ibu, kita terus riang, gembira, bercanda tawa, walau hanya menonton siaran televisi buram yang tertolong oleh antena.

Bahkan, di era milenial seperti sekarang ini, aku malah semakin menyadari kebahagiaan itu. Di saat kita betah berjam-jam main smartphone, mabar online, hingga sunmori, ayah dan ibu masih setia menghela napas di depan televisi.

Pulang dari kebun, pulang dari kerja, biasanya sang ayah maupun ibu mencuci kaki terlebih dahulu, kemudian langsung duduk di depan televisi sembari menikmati teh dan kopi. Biasa hal ini dilakukan sore hari, sampai nanti, ketika rasa kantuk mengajak mereka untuk bermimpi.

Dan sangat disayangkan bahwa hari ini beberapa siaran televisi seakan mulai berpamitan mau pergi. Satu demi satu channel TV pindah ke premium. Mereka tidak ingin rugi, dan terhadap perasaan ayah dan ibu kita, mereka enggan perduli.

ilustrasi dari freqnesia.com
ilustrasi dari freqnesia.com

Aku merasakan betul perubahan ini. "Gelap gulitanya" tayangan televisi seakan menjadikan adik-adikku lebih betah mengurung diri di kamar. Main game, nonton anime via laptop, hingga berguling-guling menatap meme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun