Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mas Nadiem dan "Kursi Goyang"

28 Juli 2020   21:42 Diperbarui: 28 Juli 2020   21:37 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mas Nadiem. Sumber Ilustrasi: schmu news via. ibtimes.id

Ada apa dengan pemerintah? Ada apa dengan Mas Nadiem?

Beberapa hari ini polemik dunia pendidikan bumi Pertiwi terus memanas. Klimaksnya adalah 3 organisasi besar mundur dari keikutsertaan Program Organisasi Penggerak (POP) yang diluncurkan Mas Nadiem pada 10 Maret 2020 lalu.

Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan PGRI. Itulah 3 organisasi besar yang dimaksud.

Muhammadiyah dan NU adalah ormas besar yang sarat akan sejarah serta kontribusinya terhadap pendidikan. PGRI juga demikian, masih terus berjuang menggendong semangat juang para guru.

Tidak ada yang membayangkan bila kemudian POP ala Mendikbud akan berpolemik seperti ini. Padahal, tujuan diluncurkannya program ini begitu mulia.

POP satu paket dengan program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak. Gunanya adalah memantapkan kompetensi guru maupun kepala sekolah sehingga anak-anak bangsa bisa belajar dengan tingkat ketercapaian yang lebih baik.

Untuk mencapai generasi penerus bangsa yang berprofil Pancasila tepatnya. Ciri-ciri yang diharapkan adalah, bernalar kritis, dapat memecahkan masalah, mandiri, kreatif, bersikap gotong-royong, kebhinekaan global, dan berakhlak mulia.

Walau seharusnya karakter akhlak mulia dinomor-satukan. Tapi, ya sudahlah. Terpenting, masih ada keinginan pemerintah untuk menata akhlak anak-anak muda. Daripada tidak ada sama sekali, ya kan?

Sayangnya, POP keburu ditinggalkan sebelum bertunas. Dari 10 Maret -- akhir Juli, berarti sudah 4 bulan program dierami. Kalaulah telur ayam dierami induknya selama 4 bulan, berarti sudah ada 4 keturunan dari anak-anaknya. Mungkin, sebagian besar sudah laku sebagai ayam potong.

Tapi, siapa yang mau ditinggal tanpa dierami dan bertunas, coba? Barangkali, kalau telur-telur yang dierami itu tahu bahwa nasibnya akan jadi telur busuk maupun telur dadar, bisa jadi mereka memilih untuk tidak dilahirkan ke dunia.

Makanya, pertanyaan krusial pun bisa kita hadirkan kepada Mas Nadiem. POP bisa apa tanpa Muhammadiyah, NU hingga PGRI? Jangan-jangan kursi Mendikbud bisa goyang-goyang karena kejanggalan yang merekah di POP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun