Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Guru, Jangan Bosan Menyapa Siswa dengan Panggilan "Anak Hebat!"

21 Juli 2020   21:44 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:44 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua siswa adalah anak hebat. Dok. Ozy V. Alandika. Foto diambil sebelum pandemi.

Menyapa dan memanggil siswa, agaknya masing-masing guru punya sebutan yang berbeda-beda untuknya. Ada guru yang memanggil siswa-siswinya dengan panggilan sayang, panggilan anak pintar, anak cerdas, hingga panggilan anak hebat.

Masing-masing panggilan ini disesuaikan dengan tingkatan para siswanya. Bagi anak-anak yang masih TK/PAUD, SD dan MI, masih bisa dipanggil sayang. Tapi, untuk siswa SMA bagaimana? Tidak mungkin guru panggil sayang, bisa-bisa nanti masuk FTV. Kan gawat!

Maka dari itulah, sangat penting bagi guru untuk memilah panggilan-panggilan "hebat" kepada anak-anak sesuai dengan tingkatan sekolahnya.

Hebat yang dimaksud adalah panggilan-panggilan yang positif, ya! 

Jangan pula nanti ada seorang guru yang menyebut "anak hebat" tapi matanya melotot dan bersiap melempar penghapus. Bahaya, kan? Kasihan anaknya, dan rugi mengapa penghapusnya dibuang. Hohoho

Hanya saja, kalaulah kemudian menyapa siswa dengan panggilan yang baik itu pekerjaan mudah, agaknya tulisan ini tidak perlu ditayangkan. Berarti, panggilan "sayang" sejatinya tidak selalu mudah untuk diucap, kan?

Baca juga : Anak Hebat dengan Guru yang Kreatif

Ketika anak-anak alias siswa mau dan mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mungkin gurunya akan menyebut anak itu anak hebat, anak pintar, anak cerdas dan sebagainya.

Tapi, bagaimana bila sebaliknya?

Misalnya saat ada anak yang berdiri di atas meja kelas, saat ada anak yang mencoba memanjat tembok sekolah, hingga saat ada anak yang belum mengerjakan tugas. Apakah panggilan sayang  masih tetap mampu disampaikan oleh guru terhadap mereka? Rasanya ini berat.

Terkadang, kata-kata yang keluar malah berbau emosi. Misalnya:

"Dasar anak nakal!"

"Dasar anak kurang ajar!"

"Bodoh!"

"Pemalas!"

Yang lebih parahnya lagi, masih ada pula beberapa guru yang memanggil siswanya dengan sebutan nama-nama hewan. Misalnya, ketika ada anak yang memanjat tembok sekolah, setelah ketahuan mereka disebut "seperti monyet."

Perihal ini sungguh mengkhawatirkan, bukan? Sekaligus menyedihkan malahan. Secara, yang disekolahkan dari anak tidak hanya otak dan hati, melainkan juga lisannya. Tekstur otak itu lembut, hati juga lembut, tapi lidah tetaplah tidak bertulang. Jadi, sama saja bahayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun