Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Kecilmu Belum Lengkap Kalau Belum Nangis di Jalan!

8 Juli 2020   20:04 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:57 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Crop Foto oleh Duy ng dari Pexels.

"Hayooo. Yang dulu waktu masih kecil sering nangis di jalan, coba unjuk jari!"

"Apa? Tidak pernah nangis di jalan? Jangan-jangan kamu lahirnya langsung dewasa!"

Mengulik masa kecil, rasanya pengalaman-pengalaman unik dan lucu tiada pernah ada habisnya. Bahkan, tidak sedikit orang-orang yang suka tertawa lebih dari sepuluh menit hanya gara-gara terbesit olehnya tentang kelakuan nyentrik di masa kecil.

Kisah tentang ngompol misalnya. Dulu di waktu kecil mungkin banyak orang malu-malu kalau ditanya pernah ngompol atau tidak. Tapi sekarang? Belum ditanya saja sudah ngaku duluan! Hohoho

Namun, walaupun dulunya pernah ngompol, saya tidak akan mengupas lebih jauh tentang persoalan ngompol-mengompol. Kali ini saya ingin menguliti kisah masa kecil yang berhubungan dengan perilaku uring-uringan hingga menangis di jalan.

Mengapa kok harus membahas perilaku masa kecil seperti menangis di jalan?

Ya, bila kita kembali menatap sejenak ke petualangan masa kecil terutama di awal tahun 2000-an, akan sering kita temui anak-anak yang menangis di jalan.

Alasan mengapa mereka menangis sebenarnya sangat sederhana, yaitu karena keinginannya tidak dikabulkan oleh sang Emak.

Sedang selera-seleranya main ke rumah teman, eh langsung dijemput Emak. Lagi pengen-pengennya pinjam sepeda teman, eh malah dilarang Emak. Lagi ingin-inginnya beli es potong dan panggil Abang es, eh si Abang langsung diusir oleh Emak.

Jadinya, ya sudah. Menangis, deh. Hebatnya, anak-anak yang tadi keinginannya tidak dikabulkan akan menangis dengan cara yang berbeda.

Ada yang menangisnya sampai meraung-raung dan berguling-guling di jalan setapak yang berdebu, ada yang menangisnya malu-malu, ada yang menangisnya tersedu-sedan, dan ada pula yang menangisnya sambil lari-lari mengejar sang Emak.

Lalu, bagaimana cara cepat para Emak untuk menghentikan tangisan anaknya saat di jalan? Oh, gampang. Sang Emak tinggal bilang:

"Ssst. Dah, diamlah, nak. Kita sedang di jalan ini, kamu sudah besar. Malu, dilihat orang banyak. Tuh, lihat di sebelah sana ada mamang yang lihat kamu. Nanti dia marah, loh!"

Setelah mendengar mendengar lantunan kata bijak dari sang Emak, apakah anak tadi langsung terdiam dan kuat hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun