Sejak kecil hinggalah kemarin sore, saya belum begitu ngeh dengan yang namanya kado lebaran. Menyoal tentang kado, yang saya tahu adalah kado ulang tahun, kado valentine, kado sukses naik jabatan, hingga kado gratifikasi. Upps
Terang saja, dulu bahasa hadiah lebaran di keluarga maupun di daerah kami bukanlah penyebutan kado melainkan bagi-bagi THR.
Saat lebaran misalnya, selagi masih kecil saya bersama teman-teman suka mengunjungi tetangga untuk bersilaturahmi dan kemudian mendapat hadiah THR dari tuan rumah. Kadang Rp2.000, Rp5.000, dan jika tuan rumah sedang baik hati kami bisa mendapat Rp20.000.
Nominalnya mungkin kecil, tapi hari itu kami juga masih kecil. Harga pempek saja Rp1.000 masih dapat 3. Belum lagi bonusnya! Hehehe
Sebenarnya yang saat itu selalu mendapat kado lebaran adalah orangtua saya. Karena kami sudah terbiasa menyetor gula aren ke satu warung secara khusus, sang pemilik warung biasanya memberikan rewards berupa seperangkat sembako plus minuman dingin berkarbonasi.
Jelang ramadan dapat, jelang lebaran pun dapat. Masa-masa itu selalu jadi penantian bagi saya dan adik-adik, sampailah dengan hari ini.
Tapi, 3 tahun belakangan ini saya sudah mulai bekerja dan punya penghasilan bersih sendiri sehingga ada kesempatan lebih untuk saya dalam berbagi. Baik kepada anak-anak tetangga, sanak-kerabat-saudara, dan terutama untuk keluarga di rumah.
Fenomena "Baru Dapat Kerjaan" yang Sering Membuyarkan
Dan kebetulan pula dalam 3 tahun terakhir saya begitu dekat dengan yang namanya toko online. Entah karena efek HP baru yang bisa install banyak aplikasi, atau memang karena toko online lagi booming saya cenderung memiliki selera yang tinggi dalam belanja online.
Jika pada masa pandemi ini fenomena borong belanjaan sempat heboh, bagi saya pribadi fenomena itu sudah tenar sejak 3 tahun lalu terutama menjelang lebaran tiba. Bagaimana tidak, walaupun hanya berbekal gaji guru honorer yang tidak seberapa, saya tetap bisa berbelanja online.
Sebenarnya bukan belanja online biasa, sih. Lebih mengarah kepada pemuasan selera yang menurut saya hari ini cukup berlebihan. Pantas saja ibu saya waktu itu ngomel-ngomel tidak keruan. Sayanya yang kelamaan peka! Hmm