Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Miris Pendidikan Kita, "Sudah Viral, Baru Minta Maaf"

5 Mei 2020   11:00 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:08 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar SMA diRiau saat merayakan kelulusan dengan cara tak terpuji hingga viral di media sosial. Senin (4/5/2020). KOMPAS

Bagaimana tidak lucu, sebelumnya mereka hura-hura dengan dandanan yang tak senonoh, tapi saat minta maaf begitu santun dan mengenakan hijab. Saat sudah ketahuan saja, baru tampak karakter yang sudah diajar gurunya.

Di sinilah kadang kita bingung, begitu mudahnya generasi muda melakukan keonaran unfaedah dan menyebarkannya ke media sosial tanpa mau berpikir panjang. Tidak kenal dengan kondisi darurat, tidak sadar dengan situasi pandemi, ujung-ujungnya berakhir dengan minta maaf.

Apakah cukup dengan minta maaf? Setelah mendapat klarifikasi dari pihak sekolah, Kaharudin menambahkan bahwa seragam dipakai para pelaku bukanlah seragam keseharian mereka di sekolah.

Aksi ini diduga sudah direncanakan karena di sekolah, pelajar SMA wajib menggunakan hijab dan rok panjang.

Setelah pengakuan ini, agaknya makin jelas fatamorgana karakter mereka. Di sekolah, patut dan taat mengikuti tata tertib serta adab berpakaian. Tapi di luar? Nauzubillah, dandanannya sudah seperti orang yang bukan pelajar saja.

Maka dari itulah, peran orangtua patut dipertanyakan di sini. Sudahkah mereka memperhatikan gerak-gerik anaknya saat di luar sekolah?

Tidak terpungkiri memang, kolaborasi guru, siswa dan orangtua merupakan hal penting untuk perbaikan karakter pendidikan. Tapi, lingkungan lain seperti pergaulan antar sesama teman sebaya dan kehidupan di medsos juga merupakan hal yang sangat sensitif.

Terang saja, meskipun seorang pelajar tidak aktif di dunia nyata, mereka tetap bisa terkenal dan viral di dunia medsos. Dengan modal banyaknya follower dan rajinnya update status, pelajar akan banyak teman dan merasa betah dengan dunia maya.

Hal inilah yang seringkali luput dari perhatian orangtua, apalagi orangtua yang tidak terlalu peduli dengan dunia maya anak-anaknya. Entah itu karena faktor orangtuanya belum bisa menggunakan Android, atau malah anaknya sendiri yang memanfaatkan ketidak-tahuan orangtua.

Jadi, kalau sanksinya sekadar ucapan permintaan maaf di media sosial kemudian perkara selesai, bisa saja muncul kasus-kasus konvoi unfaedah berikutnya. Tambah lagi, informasi kelulusan pelajar SMP juga akan segera diumumkan.

Dari sini, agaknya dari pihak disdik maupun pihak sekolah mesti memberlakukan sanksi yang lebih tegas demi mencegah terjadinya aksi kelulusan yang terkesan hura-hura. Bisa dengan ditahan ijazahnya untuk sementara waktu, mendapat pembinaan yang lebih ketat, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun