Akhir-akhir ini di Indonesia, tidak hanya anak-anak muda saja yang main TikTok melainkan juga para orang tua, guru serta selebritis.
TikTok sendiri juga terus menghadirkan challenge alias tantangan baru yang menarik bagi penggunanya. Salah satu yang baru adalah challenge #PakePerasaan. Challenge tersebut dibuat untuk turut memeriahkan Hari Valentine yang penuh cinta.
Bagi para TikTokers bermain TikTok merupakan ajang untuk mengasah kreativitas diri, grup maupun kelompok. Tapi, dengan terkuaknya kasus video mesum di Kalsel ini agaknya Kominfo, KPAI serta kementerian terkait perlu mengkaji ulang kelayakan aplikasi.
Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin akan muncul kreativitas-kreativitas lain yang bertajuk negatif di hari esok.
Terang saja, kreativitas (katanya orang TikTok) yang terpampang dalam video pendek dan mudah viral ini bukanlah harapan dari Emak-Emak.
Apa iya Emak di rumah bangga melihat anak-anaknya, terutama perempuan berjoget tidak keruan. Apalagi sampai memamerkan keelokan tubuh dan rupa yang seharusnya bukan untuk dinikmati publik dunia maya.
Akan lebih baik kiranya jika anak-anak muda buat video pendek tentang pembelajaran di sekolah, bahasa-bahasa daerah, atau tarian daerah. Ada juga gunanya, bisa mengenalkan kearifan budaya lokal.
Jangankan Emak, kepala desa, lurah hingga gubernur setempat juga akan bangga dengan anak muda yang seperti ini. Publik yang menonton video pun merasa dapat ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat, dan sesudahnya pasti terselip doa agar anak muda tadi sukses di masa depan.
Lagi-lagi, tidak mengapa jika anak-anak muda ingin menjadi sosok yang hits dan populer. Tapi, populerlah karena prestasi, jangan malah memalukan dan menghancurkan diri. Apalagi sampai merusak reputasi keluarga.
Salam.