Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Event Semarkutiga] Tips Menghadapi Siswa Genit Versi Guru Muda

5 Februari 2020   20:37 Diperbarui: 5 Februari 2020   21:15 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hallo, Pak! Bapak hari ini makin ganteng saja. Wangi pula...."
Makasih...(Pak Guru lewat perlahan seraya tersenyum...)

Hai para guru muda, pernahkah kalian digombali oleh siswa-siswi genit?
Kalau saya pernah, bahkan sering. Hihihi

Tapi itu dulu, tepatnya tahun 2015-2019 saat saya masih mengajar di salah satu SMP bergengsi di Curup. Terang saja, setiap guru muda yang belum menikah pasti memiliki rasa dan nuansa yang berbeda saat mereka mengajar.

Apakah itu tentang kecantikan dan kegantengan rupa yang tampak lebih cerah, tentang cara mengajar yang inkonvensional, atau tentang style guru muda semuanya seakan jadi madu-madu manis yang mengundang siswa untuk bertamu.

Entah apa maunya siswa yang pura-pura jadi lebah ini. Bisa jadi mau mendongkrak nilai, mau sekadar guyon, memang naksir, atau malah baru sadar ada guru yang ganteng bin tampan? Ehh, mungkin alasan terakhir lebih tepat, ya. Hohoho

Jujur saja, hal-hal seperti ini akan menjadi godaan yang luar biasa besar bagi para guru muda. Terlebih lagi jika sang guru belum menikah dan mengajar di tingkat SMP dan SMA/SMK, maka guru mesti berkuat hati serta profesional agar nantinya tidak tersengat lebah. Hihihi

Kalau guru-guru senior mungkin sudah keduluan takut istri, takut suami, dan sadar umur hingganya siswa malas bergenit-genit terhadap mereka. Yang ada malah sebaliknya, guru senior yang genit dan tidak sedikit juga berakhir dengan kasus tindak asusila. Miris!

Maka darinya, untuk menghindari segala sesuatu yang buruk para guru muda perlu tips khusus agar tidak tergoda dengan siswa-siswi genit. Apa saja tipsnya? Cuzzz, mari disimak.

1. Jangan Terlalu Lebay

Sikap lebay bin lewah bin lajak yang terlalu berlebihan alias alay, kiranya mesti dihindari para guru muda. Siswa boleh saja genit, tapi gurunya jangan.

Terang saja, kebiasaan alay seperti gombalan cinta-cinta yang berlebihan kadangkala bisa memutuskan batas etika antara guru dan siswa. Terlebih lagi jika siswanya sudah setingkat SMA, tidak mungkin mereka anti baper. Hohoho

Ngerinya, jika lama-lama mengerami telur alay bisa jadi guru segera menetaskan sikap liar. Mulai suka cubit-cubit siswa, colek-colek badan siswa, hinggalah modus pegang-pegang tangan siswa. Hmm, guru yang meleset!

Untuk itulah, guru muda jangan terlalu umbar pesona dengan ke-lebay-an yang berlebihan. Kalau sekadar humor dengan niat mencairkan suasana kepengapan kelas, mungkin tak masalah asal sesuai kadarnya.

2. Jadi Sedikit Lebih Garang

Sejak muda, guru sebaiknya sudah memelihara wibawa. Biarpun muka imut-imut dan tampak masih seumuran dengan siswa SMP atau SMA, tetap saja itu adalah guru. Tanpa wibawa, tidak akan ada perbedaan yang berarti antara guru dan siswa.

Ini bahaya karena bisa jadi lahan bagi siswa untuk bergenit-genit ria. Terlebih lagi jika guru muda tadi adalah sosok bidadari yang nyasar di bumi, maka akan senang sekali siswa mengganggunya. Makanya tidak jarang mahasiswi yang sedang magang berjatuhan air mata menghadapi mereka.

Menjadi garang tidak harus bengis dan serba kasar. Mungkin, lebih tepatnya adalah menjadi guru yang bersikap tegas. Jika ada siswa yang genit, di situlah ketegasan dan kegarangan di tempatkan.

3. Guru Sok Cuek

Cuek untuk hal yang sia-sia dan peduli terhadap kebaikan, seperti itulah sebaiknya guru muda bersikap ketika menghadapi siswa-siswi genit. Jangan diladeni, jangan terlalu dilayani, biar nanti siswa-siswi sendiri yang malu karena guyonan dan kegenitan mereka jadi "garing".

Jika guru cenderung cuek, siswa akan segan mengganggu walaupun guru tadi masih muda. Dengan sendirinya akan tumbuh rasa dan sikap hormat karena siswa takut jika di hari kemudian guru tadi akan menyusahkan.

Barangkali, siswa akan punya banyak dugaan ketika ingin bergenit ria. Siapa tahu nanti gurunya marah, merajuk, melapor pada guru senior, atau bahkan memanggil orangtua siswa ke sekolah. Hahaha

4. Guru Mesti Pandai Bersangkal

Jika guru lebih suka menjadi sosok yang lebih demokratis, maka guru mesti pandai bersangkal ketika menghadapi siswa genit. Jika siswa sudah mulai beraksi dengan kegenitannya, maka sudah saatnya guru mulai mengalihkan pembicaraan.

Terang saja, situasi kelas seperti apapun bentuk dan rancangannya seringkali tidak pernah sesuai dengan rencana pembelajaran. Ada saja hal-hal tidak biasa yang menjadi bunga-bunga indah di setiap pembelajaran.

Mungkin tentang candaan berlebihan, siswa yang terlalu aktif dan terang-terangan cari perhatian guru, hingga muncul keakraban yang terlalu dekat.

Maka dari itulah, sebelum siswa-siswi baper, guru cepat-cepat lari dari kenyataan dan mengalihkan pembicaraan. Tapi awas! Jangan-jangan gurunya ikut baper. Hmmm

5. Guru Tetaplah Jadi Motivator, Role Model dan Penasihat

Sejatinya sikap-sikap tidak biasa dari siswa hanyalah ungkapan untuk cari perhatian. Adanya siswa yang terlalu lebay dan alay, barangkali mereka memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap sesuatu hal. Di sinilah guru perlu hadir sebagai motivator, menenangkan siswa agar mereka tidak berlebihan.

Adanya siswa yang bergenit-genit ria juga merupakan bagian dari perhatian siswa kepada guru. Bagi siswa, itu mungkin benar dan merupakan cara untuk menjalin keakraban kepada guru. Tapi? Dalam konteks etika dan kode etik pendidikan, hal itu berlebihan.

Untuk mengatasinya, guru perlu menjadi role model yang mantap dengan menunjukkan contoh perilaku akrab namun tetap tidak keluar dari nilai-nilai takzim kepada guru.

Terakhir, seluruh guru senior, guru muda, serta guru-guru lainnya perlu terus menjadi seorang penasihat. Apapun bentuk kesalahan siswa seperti bergenit-genit ria tidak pantas kiranya jika harus segera dimarahi dan dihardik. Lembutkan hati dan sikap mereka dengan nasihat.

Dokumentasi Semarkutigakom
Dokumentasi Semarkutigakom

Namun, untuk menguatkan diri agar bisa selalu menjadi motivator, role model, dan penasihat, guru perlu terus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah. Sembari itu, perlu juga kesabaran yang bertumpuk-tumpuk karena sejatinya setiap kebenaran belum tentu selalu dianggap baik.

Tapi, lagi-lagi tak masalah karena guru yang senantiasa menasihati kebenaran dalam kesabaran adalah guru yang beruntung.

Allah berkalam:

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" QS Al-Ashr: 3

Akan rugi kiranya jika seorang guru hanya datang, duduk di ruang guru, mengajar, lalu pulang tanpa meninggalkan benih-benih kebaikan yang berkesan dan terteladan. Padahal, guru yang berkesan dan bisa diteladani akan selalu dianggap guru, di manapun ia berada.

Di sekolah dipanggil guru, di luar juga dipanggil guru. Di masyarakat jadi guru, di rumah juga menjadi guru. Tak perlu kiranya bergenit-genit ria dengan siswa, serta menanggapi berlebihan kegenitan siswa.

Memang ada beberapa guru yang akhirnya naik pelaminan dengan siswanya. Tapi, tugas guru bukan untuk menyeleksi siswa-siswanya untuk dijadikan jodoh, kan?

Untuk itu, tetaplah menjadi guru di jalan yang benar. Soal garis tangan berjodoh dengan siswa itu urusan belakang. Cukuplah takdir yang menunjukkan jalannya.

Salam.
Ehh, khusus untuk Bu Hennie Triana Oberst -- danke schon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun