Salah satu contohnya, tentang kisah teman saya yang ternyata "salah" dalam memilih pasangan hidup. Sebut saja namanya Cinta (samaran). 2 hari yang lalu beliau bercerita kepada saya tentang kandasnya rumah tangga karena sang laki-laki berselingkuh.
Setelah bercerita lebih lanjut, ternyata sang laki-laki sebenarnya bukanlah orang yang jahat. Bahkan, pengetahuan agamanya cukup dalam. Tapi, setelah beberapa tahun berjalan barulah ketahuan bahwa laki-laki tadi tersesat dalam ibadah.
Tambah lagi dengan godaan dunia, akhirnya selingkuh bahkan berzina dengan perempuan lain. Bayangkan saja, saat itu Cinta baru saja melahirkan anak pertamanya. Sungguh, jadi trauma yang luar biasa.
Hal ini jadi pelajaran penting bagi semua orang dalam memilih dan mengenali pasangan, terutama bagi mereka yang ingin segera menikah. Tidak tergoda dengan harta semata, kedudukan, serta kecantikan yang membutakan. Bahkan seperti kasus Cinta tadi, agama malah dijadikan dalih dan tebengan hawa nafsu.
Dan nyatanya, Cinta bukanlah orang hebat. Ia hanyalah orang biasa yang sudah mengalami masalah. Lumrah kiranya ia akan berbagi kepada teman, sahabat, dan keluarga agar tidak salah dalam memilih pasangan hidup.
Jika seseorang yang dinasihati hanya memandang Cinta sebagai orang biasa, agaknya intisari nasihat ini akan termentahkan dengan alasan "Ah, sok tahu!" dan "Bagaimana mungkin!".
Mereka Peduli
Siapa saja yang pernah singgah dan menasihati kita, baik itu orang yang baru dikenal sekalipun merupakan sebagian kecil orang-orang yang peduli dengan kita.
Seseorang yang dulunya atau beberapa saat yang lalu punya masalah dan memberitahu kita tentang masalah itu, bukankah itu jadi melegakan dirinya? Terlebih lagi dengan saran-saran hidup yang ia berikan, mestinya bisa kita ambil dan renungkan baik-baik.
Tidak jarang, masalah-masalah hidup itu adalah hal-hal sederhana yang tidak ada di bangku sekolah. Misalnya seperti cara menyambut tamu, cara menyusun hidangan, cara berbicara kepada atasan, cara membuat kop surat dan sebagainya.
Sebagian orang tentu saja akan merasa cukup pintar dengan hal-hal sederhana ini dengan mengatakan "Ya, aku lebih tahu. Diamlah!". Tapi, bukankah hal itu akan menjadikan mereka sok hebat dan malah menyakiti hati sang penasihat dadakan?