Setiap orang pasti punya mimpi. Entah itu mimpi saat tertidur maupun mimpi yang terlihat, rasanya akan begitu indah jika saja tercapai. Makanya tidak salah jika seseorang yang bermimpi indah saat tidur akan bangun dengan mood yang tinggi. Tidak salah juga jika seseorang mengamati mimpi indah yang terlihat, akan menggebu rasa optimisnya.
Semua telah mengarah kepada bayang, angan, kenangan, harapan, serta cita-cita tertinggi yang telah dicapai. Pendukungnya adalah rasa kurang puas terhadap apa yang didapat hari ini. Mengapa baru sebegini, dan apakah hanya sebegitu saja hasil yang bisa diraih.
Seorang guru, hari ini tentu punya mimpi untuk meraih pangkat/golongan tertinggi dalam jabatannya. Berikutnya ia mau menjadi kepala sekolah, pengawas, kepala dinas, lalu merangkap dosen. Jika sudah mencapai puncak, bisa saja segera mengajukan pengunduran diri untuk mencalon sebagai bupati atau gubernur.
Profesi lain juga demikian. Sekarang mungkin masih karyawan, tapi mimpinya beberapa tahun lagi bisa menjadi ketua sif, manager, direktur, hingga memiliki perusahaan sendiri. Tentu saja dibarengi dengan kesejahteraan hidup yang sentosa.
Ada pula yang menargetkan mimpi tertingginya adalah bisa mendirikan lapangan kerja sendiri hingga nanti ia cukup menjadi bosnya. Penjual gorengan misalnya, bermimpi untuk membuka cabang hingga seluruh desa dalam satu kabupaten. Penjual bakso dan sate juga demikian.
Jujur saja, mimpi seperti ini sungguh bermaslahat dan berpahala, karena membantu negeri untuk mengurangi para pengangguran.
Fenomena Rasa Cukup dengan Profesi "Biasa-Biasa Saja"
Dalam perjalanan, sejatinya mimpi indah tidak seindah kelihatannya. Tampaknya jalan itu lurus, eh tidak tahunya banyak gang-gang buntu serta aspal yang tidak rata karena ujian hidup. Perlahan, hal-hal seperti ini akan meruntuhkan motivasi dan rasa optimis yang selama ini diberangkatkan dari mimpi.
Darinya, sebagian orang yang merasa berat, susah dan tampaknya akan letih cenderung akan memberhentikan dirinya di persimpangan jalan. Merasa cukup dengan keadaan hari ini.
Bagi yang tadinya guru, rasanya sudah cukup dengan menjadi guru biasa sampailah pensiun. Yang penting bisa makan, anak bisa sekolah, dan sehat selalu.
Bagi yang tadinya karyawan, kiranya sudah cukup dengan menjadi karyawan biasa. Gaji dapat tiap bulan, lembur sesekali jika ada perintah, dan tidak terlalu banyak tuntunan dalam pekerjaan.