Belum selesai di sana, rekan-rekan guru lalu melanjutkan sesi foto-foto dan obrolan manis sembari menanti upacara HGN. Sedikitpun tak ada duka yang terlihat. Saya tatap semua wajah guru begitu berbinar bahagia, padahal hari ini akhir bulan dan gaji juga tak bertambah.
Tidak hanya PNS, para guru kontrak, swasta dan honorer pula menyatu dan membaur. Hari guru bukan berkisah tentang naik pangkat, jabatan, dan golongan melainkan tentang pengalaman serta kesan manis saat guru sedang mengajar.
Begitu pula saat selesai upacara, guru tak menunjukkan rasa lelah dan keluh. Beruntungnya, Kepahiang diselimuti mendung yang menghangatkan. Tidak capek, tidak ngantuk, tidak keringatan, tapi kelaparan. Haha.
Bahagianya Guru Tidak Melulu Tentang Naik Gaji
Saat terlihat kalender, ingat gaji. Saat ditagih arisan, ingat gaji. Saat mau beli ayam dan kondangan, ingat gaji. Bahkan, saat bercerita dan akhirnya buntu topik, teringatlah dengan gaji.
Dan jika suatu hari ada pesan grup whatsapp yang berjudul "Gaji tahun 2020 naik 5%", guru tambah semangat membukanya, walaupun hasilnya hanya gambar monyet sedang sikat gigi. Haha
Uniknya, itu hanyalah pesan lama yang kembali diviralkan namun masih saja penasaran. Dan jika memang akan benar-benar naik, maka akan sangat bahagialah guru-guru di Indonesia.
Tapi hari ini bahagianya guru tidak melulu tentang gaji dan kapan naiknya. Hari guru juga membahagiakan, bahkan menggembirakan.
Guru-guru hari ini ada yang diberi hadiah coklat, karangan bunga, boneka, bahkan kue oleh siswa. Ada pula yang diberikan baju, kopiah, dan jam baru. Selain itu, siswa-siswi yang kreatif sudah merakit video animasi, puisi menusuk hati, dan karya serupa tentang hari guru.
Bagaimana guru tidak bahagia, itu semua gratis loh! Hehehe.
Tapi alangkah subjektifnya kebahagiaan itu jika diukur hanya dengan hadiah. Guru yang mengajar di sekolah elite mungkin akan dapat banyak hadiah dari siswa, tapi guru yang mengajar di pelosok? Jangankan mengharapkan hadiah, siswanya mau datang ke sekolah saja guru sudah sangat senang.