Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Begini Sibuknya Buka "Jastip" Daftar Tes CPNS

20 Oktober 2019   22:40 Diperbarui: 21 Oktober 2019   10:06 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi scan dokumen. (Sumber: malesbanget.com)

Upps, Bukan Calo atau oknum penipuan loh ya...Hehe

Mendaftar secara online bukanlah perkara mudah bagi banyak orang, apalagi bagi mereka yang masuk dalam kategori masyarakat pra-milenial. Bukan semata-mata mau menyimpulkan bahwa mereka gagap teknologi, tetapi perkara online beberapa kali malah menyusahkan.

Banyak masyarakat tentu ingin memacu diri untuk mendalami dan belajar tentang teknologi dan informasi online terkini. Prosesnya agak lebih lambat daripada anak-anak, tapi itulah perjuangan. Masih lebih baik dibandingkan mereka yang pasrah.

Begitu pula dengan situasi tes CPNS 2018 kemarin. Terang saja, tes berbasis CAT (Computer Assisted Tes) yang dinaungi oleh BKN ini memiliki prosedur pendaftaran yang panjang. Dengan banyaknya syarat administrasi yang harus dikirim via portal online, tak heran telah memusingkan banyak orang.

Sudah pusing, panik, kepikiran pula. Terlebih lagi bagi calon pendaftar yang belum lama menikah, mereka harus cek nomor KK terlebih dahulu. Jika belum terdaftar di Dukcapil, maka tak ada harapan untuk bisa daftar tes CPNS.

Padahal, BKN sendiri sudah menyediakan secara lengkap tentang tutorial yang bisa didownload secara gratis. Namun apalah daya calon pendaftar yang begitu sakit matanya ketika lihat yang namanya akun, website, scan, dan hal-hal berbau IT lainnya.

Ditambah lagi, pada alur tes CPNS 2018 kemarin peserta harus mengupload swafoto. Bingungnya bukan kepalang. Apa itu swafoto? Terang saja, yang kebanyakan orang tahu adalah pas-foto, atau foto selfie. Setelah bertanya kesana-kemari, ternyata swafoto tidak jauh berbeda dengan pas-foto.

Awalnya Hanya Membantu
Saya yang tahun kemarin juga ikut seleksi CPNS pun mencoba memahami langkah-langkah yang diberikan BKN dan berusaha mendaftar sendiri. Selama 2-3 hari membaca dan menjelajah Mbah Google, akhirnya saya paham dan segera mendaftar.

Namun keinginan mendaftar cepat itu malah terhambat karena portal pendaftaran CPNS (waktu itu sscn.bkn.go.id, tahun ini sscasn.go.id) down. Wajar saja, peminat tes begitu banyak, jadi pengunjung portal begitu membludak.

Gara-gara portal down, para pendaftar makin heboh dan panik. Mulai ada pesimisme bahwa mereka sepertinya tidak bisa mendaftar di tahun itu. Meski demikian, BKN begitu sigap dan segera memperbaiki, mengupgrade, dan mengupdate sistem portal sehingga kembali normal.

Akhirnya saya pun bisa mendaftar tes CPNS dengan mulus. Saya pun langsung membagikan tata cara pendaftaran kepada teman-teman dengan gaya bahasa yang lebih sederhana. Selang beberapa jam, mulailah beberapa teman dekat bertandang ke rumah untuk minta tolong agar didaftarkan.

Saya pun ingin membantu, tetapi agak takut karena akun pendaftaran hanya bisa dipakai sekali. Jika ada kesalahan, maka tidak bisa direvisi dan itu berarti bahwa bau-bau kegagalan seleksi administrasi semakin tercium.

Berkali-kali saya sudah bagikan video tentang resize foto, resize pdf, convert photo to pdf, hingga tutorial upload dokumen, Tapi tetap saja teman-teman mempercayakan semuanya dengan saya. Akhirnya, dengan menjunjung tinggi ketelitian saya coba bantu daftarkan.

Syukur, semuanya berhasil dan tak ada satu pun masalah. Teman-teman sangat bahagia. Keesokan harinya, chat di handphone saya makin rame dengan nomor baru dan isinya cuma satu, yaitu "Salam, bang Ozy ya? Bisa tolong bantu daftarkan akun sscn untuk daftar tes CPNS?"

Saya pun enggan menolak dan meminta mereka untuk datang ke rumah.

Akhirnya Buka Jastip Tes CPNS
Rumah saya pun rame. Rame dengan teman-teman baru, adik-adik baru, anak anak baru, bahkan buah-buahan segar. Hehe. Terang saja, informasi dari mulut ke mulut yang menyebar melalui teman akhirnya sampai ke orang-orang yang sudah terlanjur pusing dengan sistem daftar yang ribet ini.

Ada yang baru tamat kuliah, ada emak-emak yang bawa anak, dan ada pula teman lama yang membawa buah-buahan seperti salak, jeruk, semangka, dan apel. Di samping itu, mereka juga membawa tas besar berisikan berkas-berkas dari mereka lahir sampai sebesar ini.

Saya pun tak begitu ambil pusing. Berbekal dua printer (biasa dan printer scan-fotocopy), saya mulai membuka jasa Jastip tes CPNS. Satu kali daftar memakan waktu hingga setengah jam, bahkan lebih.

Terang saja, saya mesti scan banyak dokumen, resize foto dan dokumen, berikut dengan editingnya. Para pengguna jasa pun rela menunggu, karena setelah selesai daftar akun mereka harus melakukan swafoto dengan akun itu.

Setelah upload swafoto berhasil, barulah pendaftar bisa pilih formasi tes sesuai dengan profesinya. Kebanyakan teman yang menggunakan jasa saya adalah guru, ada pula bidan, perawat, serta teknisi.

Dalam sehari, bisa 4-5 orang yang singgah ke rumah. Mereka rela menunggu, dalam dalam masa tunggu itu ada sebagian yang berusaha untuk menulis surat lamaran. Karena sebagian teman tulisannya kurang rapi dan keluar garis, maka saya minta mereka untuk menulis lagi.

Namanya juga tulis tangan dan tidak boleh ada coretan. Jadi, sangat jarang dari mereka yang bisa menulis satu kali tanpa kesalahan. Darinya, ada yang sampai 4 kali ulang, bahkan 7 kali ulang, bahkan ada yang berulang-ulang selalu salah. Akhirnya ia tidak jadi mendaftar hari itu dan ingin menulis surat lamaran di rumah saja. Haha.

Setelah pendaftaran selesai, mulailah setiap pelanggan mengusik kantong baju saya. Saya pun tak menentukan tarifnya, karena memang niat awalnya hanya untuk membantu. Mereka saja yang hitung-hitungan.

Katanya, scan dokumen di luar mahal, per lembarnya bisa sampai Rp 3000, belum editing, belum lagi resize dokumen. Bahasa mereka ya sekadar untuk beli kuota. Kalo katanya Dodit Mulyanto, "Ya, saya terima". Haha.

Karena banyaknya pengguna jasa, tidur saya pun terganggu. Siang malam terus berteman dengan laptop dan printer saja. Beruntungnya, tugas mengajar di SMP waktu itu tidak terganggu hingga saya bisa segera mengerjakan job baru ini.

Bahkan, karena sibuknya saya sebagai petugas Jastip tes CPNS ini, bibi saya sampai berkata dengan ibu bahwa saya terlalu sibuk mengurus orang lain, hingga pendaftaran saya sendiri saja tidak terurus.

Celetukan yang agaknya sindiran keras itu segera saya jelaskan dengan lembut bahwa saya sudah mendaftar duluan dan semua berjalan lancar. Saya pula menegaskan bahwa tidak ada yang menjamin saya akan lulus tes nantinya. Karena sejatinya itu adalah rezeki, dan hanya Tuhan yang mengaturnya.

Tercatat, lebih dari 70-an orang yang Jastip dengan saya, dan semuanya lolos seleksi administrasi. Bahkan beberapa darinya banyak pula yang lolos tes dan jadi PNS hari ini. Saya pun begitu lega, dan tentunya ikut bahagia.

Menolong orang lain selalu lebih indah dari pada mendapat pertolongan. Apalagi itu soal jasa. Amanah harus dijunjung tinggi karena resiko berkhianat itu selalu ada. Balas jasa? Upah?

Agaknya, berapapun nilainya, semua sudah teratur dengan sendirinya, sesuai dengan kinerja. Tapi perlu ditegaskan bahwa semakin kita bersyukur, maka nikmat akan tertambahkan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun