Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa para Pengendara Begitu Emosional?

27 Agustus 2019   21:12 Diperbarui: 27 Agustus 2019   21:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Para Pengendara. Sumber: Aktual.com

"Woii, minggir! Lewat pinggir!"
"Huuy, lihat jalan dong, jangan berhenti mendadak!"
"Oiii, yang di depan, cepat, cepattt!"
"Wooi, lihat-lihat kalo mau nyalip tuh, punya mata nggak!"
Dan akhirnya semua orang di jalanan kesal dengan bunyi klakson dan knalpot kendaraan yang memekakkan telinga.

Sering kita jumpai para pengendara motor, mobil, bus, bahkan truk marah-marah dan kesal di jalan raya. Hebatnya, mereka "sok kuat" hingga memaki-maki pengendara lain atau bahkan pejalan kaki. Padahal, belum tentu para pengendara lain yang salah, belum tentu pula para pejalan kaki yang salah.

Saya pun pernah beberapa kali di maki-maki pengendara motor dan mobil. Padahal saat itu saya sudah berkendara di tepi jalan dengan kecepatan 15 Km/Jam dan sudah menghidupkan lampu sen kiri. Ketika saya berbelok kiri untuk singgah ke warung nasi, seorang pengendara motor berbicara keras seolah-olah menyalahkan saya. Hmm, mungkin dia lelah!

Begitupun halnya dengan sesama pengendara. Saat pergi ke sekolah dipagi hari sering kali saya temui para pengendara yang "sok" di jalanan. Entah karena dikejar Debt Collector atau dikejar malaikat maut, mereka seenaknya saja membunyikan klakson terus-menerus sambil memainkan gas kencang-kencang.

Terlebih lagi jika didepan mereka sedang ada mobil yang berhenti sejenak, mulailah klakson itu berteriak memekikkan telinga. Padahal, didepan sana sedang ada anak Sekolah yang menyebrang. Mirisnya, pengendara itu malah ikut-ikutan klakson dan berteriak "minggir! Jalan, Jalan! Cepat jalan yang didepan!" dengan nada antagonis.

Kalau kita pikir, berapalah waktu yang diperlukan untuk menyebrang, tidak sampai 30 detik! Beruntung masih pagi hari, coba kalau siang hari yang terik dan berdebu, bisa-bisa rusuh dijalan. Huufh. Belum lagi dengan banyaknya pengendara motor yang naik trotoar. Dengan teganya mereka memaki para pejalan kaki, mulai dari klakson yang memekakkan, hingga teriakan-teriakan yang menyakitkan hati.

Pengendara diKejar "Tayang"

Keadaan diri seseorang yang dikejar deadline pekerjaan atau situasi mendesak menyebabkan mereka senantiasa buru-buru. Terlebih lagi jika desakan tersebut mengharuskan mereka menempuh perjalanan cukup jauh. Agaknya mereka tidak akan berpikir panjang lagi. Karena desakan ini, pikiran dan logika mulai menyempit hingga sering pula barang atau benda yang diperlukan tertinggal.

Begitupun saat mereka turun ke jalanan. Kecepatan 80 hingga 100 Km/Jam mungkin sudah bukan ketakutan lagi. Waktu 5 menit saja sungguh berarti. Jika bisa lebih cepat mengapa tidak? Ya, agaknya slogan ini digunakan tidak tepat sasaran. Dan sayangnya, situasi jalan raya tidak selalu menguntungkan para pengendara yang di kejar "tayang".

Dari sinilah emosi sering meningkat. Salip-menyalip baik kanan maupun kiri terus di lakukan bahkan dengan kecepatan tinggi. Sungguh, rasanya malaikat maut sudah berada didekat mereka karena tindakan seperti inilah yang sering kali menyebabkan kecelakaan. Karena ini, tidak jarang pengendara lain yang berjalan pelan, yang mau belok dan putar arah kena "asap" berupa teriakan emosional sang pengendara yang kejar "tayang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun