Bagi petani sayuran, keadaan cuaca, harga bibit, harga pupuk, dan perawatan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi. Terlebih lagi soal harga pemasaran diwaktu panen. Beda dengan awal tahun 2000-an, dimana harga sayuran relatif stabil, sehingga para petani dapat memprediksi bulan apa mereka akan bertanam. Hal itu juga didukung dengan musim dan cuaca yang stabil, sehingga "gagal panen" masih jarang terjadi. Dengan prediksi itu, maka keuntungan pun bisa diraih para petani sayuran.
Namun, sekarang berbalik 360 derajat. Banyak petani sayuran yang lebih memilih fokus untuk membuat gula aren dan meninggalkan pekerjaan mereka sebagai petani sayuran. Terlebih lagi mereka yang hanya punya beberapa petak lahan.Â
Hanya petani yang punya sawah dan dekat pengairan saja yang bertahan sampai sekarang. Sisanya, lebih banyak yang pindah ke usaha gula merah atau mencari kerja lain yang lebih menjamin hidup mereka.
Terang saja, saat ini harga bibit  dan pupuk begitu melonjak, sedangkan harga sayuran anjlok. Seperti contohnya di daerah Curup, Bengkulu beberapa waktu yang lalu, harga cabe hijau begitu anjlok, selalu di bawah 10.000, malah pernah hanya 3.000 per kg. (Antara Bengkulu) bagaimana mau dapat keuntungan, malahan petani sayuran terlibat hutang modal usaha.Â
Belum lagi dengan pengaruh cuaca yang tidak bisa ditebak, sehingga hama, penyakit lebih susah untuk diatasi. Akhirnya panen pun menurun, dengan harga yang jauh dari harapan. Sehingga, beberapa orang yang punya lahan Aren memilih untuk lebih fokus membuat gula Aren.
Dalam usaha pembuatan gula Aren, biaya yang digunakan relatif lebih sedikit. Modal yang dibutuhkan paling untuk membeli kayu bakar yang menjadi kebutuhan sehari-hari untuk memasak gula merah. Itupun kalo dibutuhkan saja baru beli.Â
Karena rata-rata yang menggeluti usaha gula merah mempunyai lahan kopi dan banyak ditanami pohon, kayu, dan bambu, khusus untuk bahan bakar api. Sehingga, tidak perlu beli. Hanya modal tenaga saja.
Meskipun terbilang nyaris tak bermodal, usaha gula Aren memang butuh kesabaran dan keahlian tersendiri. Terutama dalam memukul bunga Aren secara rutin, hingga menyadap Aren secara rutin pula.Â
Jika tidak sabar, bisa saja bunga Aren yang telah disiapkan mekar tidak menghasilkan air nira. Jadi sungguh butuh kesabaran. Jika kita bandingkan dengan bertani sayuran, hasil dari gula Aren lebih jelas dan lebih dapat di prediksi. Harga gula merah/ gula Aren dipasaran pun stabil.
10-15 batang Aren yang produktif dapat menghasilkan hingga 10kg gula aren dalam sehari. Kita hitung saja 10kg x 15.000, artinya penghasil gula Aren sudah mengantongi Rp.150.000/hari.Â