Adalah Sundari (48 tahun), warga sekitar dan para anak didiknya biasa memanggilnya Bu Sun.  Ibu seorang putri (mengidap autis) merelakan diri mengabdi sebagai pendidik di sebuah sekolah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu . Kurang lebih 10 tahun terhitung sejak 2002 beliau mengabdikan diri di sekolah tersebut. Kesulitan ekonomi dan masalah kesehatan putri satu-satunya itu tidak menjadi alasan Bu Sun untuk berbuat sesuatu, ini dilakukan dengan senang hati dan tanpa tendensi finansial. Tergeraknya hati Bu Sun untuk berbuat sesuatu itu diawali dari tempat beliau dulu mengajar, yaitu sebuah Madrasah Aliyah (setingkat SD) yang berada sekitar 5km  dari rumahnya. Pengelolah Yayasan MA tersebut saat itu memutuskan untuk menutup sekolah karena kendala pendanaan. Sebagian besar anak-anak yang sekolah di MA itu dari keluarga kurang mampu (buruh tani, buruh kebun), jika sekolah ditutup maka anak-anak tersebut akan putus sekolah. Maka Bu Sun dengan dibantu oleh beberapa kawan yang juga peduli akan kondisi itu, berinisiatif untuk terus membimbing dan mengajar anak-anak yang putus sekolah tersebut secara sukarela. Kemudian Bu Sun meminta ijin kepada pengelolah MA untuk menggunakan gedung bekas MA tersebut sebagai sekolah rakyat, sekolah gratis untuk anak-anak disekitar Desa Tempurejo yang kurang mampu. Sekolah tersebut diberi nama Sekarnadi, terletak sekitar 25km dari pusat kota Jember,  tepatnya berada di Dusun Karang Tengah-Desa Tempurejo-Kecamatan Mumbulsari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H