Mohon tunggu...
oyib sulaeman
oyib sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Pemerhati pendidikan dan kesehatan mental. Hoby traveling, baca buku dan pecinta alam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia itu Bohong: Mitos Positivitas yang Merusak Jiwa

30 Agustus 2024   06:12 Diperbarui: 30 Agustus 2024   06:18 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah merasa harus selalu bahagia? Bahwa sedih atau marah itu salah? Kita seringkali disuguhi pesan-pesan positif yang seolah-olah kita harus selalu tersenyum dan bersyukur dalam segala keadaan. Tapi, apakah selalu memaksakan diri untuk bahagia itu sehat?

Masyarakat modern seakan menciptakan standar kebahagiaan yang sempurna: hidup yang sukses, hubungan yang harmonis, dan selalu merasa senang. Padahal, emosi manusia itu dinamis, tidak selamanya cerah. Mencoba untuk selalu bahagia justru bisa membuat kita merasa lebih tertekan.

Mengapa Kita Dipaksa Bahagia?

Ada beberapa alasan mengapa kita sering merasa tertekan untuk selalu bahagia:

  • Tekanan Sosial: Media sosial dan lingkungan sekitar seringkali menampilkan citra hidup yang sempurna. Kita jadi merasa tidak cukup baik jika tidak mengikuti tren tersebut.
  • Takut Ditolak: Kita takut dianggap lemah atau negatif jika menunjukkan emosi selain kebahagiaan.
  • Mitos Produktivitas: Ada anggapan bahwa orang yang bahagia akan lebih produktif. Padahal, emosi negatif juga bisa menjadi motivasi untuk berubah.

Dampak Negatif Menekan Emosi Negatif

Menekan emosi negatif justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental kita. Beberapa dampaknya antara lain:

  • Depresi: Mencoba menyembunyikan perasaan sedih atau marah bisa memicu depresi.
  • Kecemasan: Ketakutan untuk merasa tidak baik bisa meningkatkan kecemasan.
  • Masalah Fisik: Stres yang berkepanjangan bisa menyebabkan masalah fisik seperti sakit kepala atau gangguan pencernaan.

Menerima Emosi Negatif

Sebenarnya, emosi negatif itu wajar dan manusiawi. Mencoba untuk menolak atau menekan emosi negatif hanya akan memperpanjang penderitaan. Yang perlu kita lakukan adalah:

  • Mengenali Emosi: Sadarilah emosi yang sedang kita rasakan. Jangan takut untuk mengakui bahwa kita sedang sedih atau marah.
  • Menerima Emosi: Berikan ruang bagi emosi negatif untuk muncul dan menghilang.
  • Cari Penyebabnya: Coba cari tahu apa yang memicu emosi negatif tersebut.
  • Cari Solusi: Cari cara yang sehat untuk mengatasi emosi negatif, misalnya dengan berbicara dengan teman atau keluarga, berolahraga, atau melakukan hobi.

Bahagia itu Proses Bukan Tujuan

Kebahagiaan itu bukan tujuan akhir, melainkan sebuah proses. Kita tidak mungkin selalu bahagia setiap saat. Yang penting adalah kita bisa menerima segala macam emosi dan belajar dari pengalaman.

Jadi, jangan takut untuk merasa tidak baik. Itu artinya kamu sedang menjadi manusia. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi emosi negatif tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun