setelah semua kehancuran
maka jari terkembang mengais satu persatu rekah dan pecah
selama nada dan cerita masih satu lagu
tak jauh gunung hendak dijadikan perahu
mengais jenjang, bertangga kesusahan
sempit kayu yang tertata, cuma tertanam bak formalitas yang suka berdusta
dusta untuk duka, untuk cinta, dan sekelumit penghianatan yang tak terbuka
.
setelah semua kehancuran
tangis diambil satu persatu
biar tetesnya tak mengenai ingus
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!