Mohon tunggu...
Onno W. Purbo
Onno W. Purbo Mohon Tunggu... Penulis -

Rakyat Indonesia biasa. Common Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Mei 1923 Radio Malabar, Radio Pertama di Indonesia

19 November 2016   04:35 Diperbarui: 19 November 2016   04:51 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bangunan Tempat Radio Malabar Berada (http://orari.or.id/)

Pada saat berdirinya International Amateur Radio Union (IARU) tahun 1925, wilayah nusantara masih dikuasai oleh Belanda, dan pada saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia Pertama. Pada saat itu, komunikasi antara Netherland dengan Hindia Belanda (julukan untuk wilayah Nusantara) hanya mengandakan saluran kabel Laut yang melintas Teluk Aden yang dikuasai oleh Inggris.

Timbul kekhawatiran Belanda atas saluran komunikasi tersebut, mengingat Inggris terlibat dalam Perang Dunia Pertama tersebut sedangkan Belanda ingin bersikap netral. Oleh karenanya, dilakukanlah berbagai percobaan dengan menempatkan beberapa stasiun relay di Malabar, Sumatra, Srilangka dan beberapa tempat lagi.

Foto Pemancar Radio Malabar yang sangat besar (http://orari.or.id/)
Foto Pemancar Radio Malabar yang sangat besar (http://orari.or.id/)
Radio Malabar, berdiri tanggal 5 Mei 1923, merupakan pemancar yang menggunakan teknologi arc transmitter terbesar di dunia. Tampak pada gambar samping adalah dua buah arc transmitter yang besar dengan kekuatan 2400kW yang dibuat oleh Klaas Dijkstra yang bekerja untuk Dr. Ir. De Groot. Input power pemancar Radio Malabar adalah 3,6 MegaWatt dan bekerja pada frekuensi 49.2kHz dengan panjang gelombang 6100m dengan menggunakan callsign PMM. Daya untuk pemancar Radio Malabar dibangkitlan oleh sebuah pembangkit tenaga air buatan Amerika yang terletak di Pengalengan dengan tegangan 25kV.

Gambar atas: ilustrasi berg-antenna, tampak kecil bangunan Stasiun Radio Malabar dengan antenna berupa 5 kawat berjajar yang membentang diantara gunung Malabar dan gunung Halimun. Gambar bawah: foto suasana saat pemasangan berg-antenna.(http://willrahman.blog.surya.ac.id/)
Gambar atas: ilustrasi berg-antenna, tampak kecil bangunan Stasiun Radio Malabar dengan antenna berupa 5 kawat berjajar yang membentang diantara gunung Malabar dan gunung Halimun. Gambar bawah: foto suasana saat pemasangan berg-antenna.(http://willrahman.blog.surya.ac.id/)
Radio Malabar merupakan cikal bakal amatir radio di Indonesia dan merupakan radio pertama di Indonesia untuk komunikasi jarak jauh. Frekuensi yang digunakan masih sangat rendah dalam panjang gelombang sangat panjang, tidak mengherankan jika antenna yang digunakan harus dibentangkan memenuhi gunung Malabar di Bandung Selatan. Sisa-sisa Radio Malabar masih terdapat di sana, yaitu berupa tiang-tiang antena-antena besar dan tinggi di tengah hutan.

Skema Antenna Radio Malabar Yang Meliputi Gunung

Dari pengamatan di lokasi, nampaknya bangunan gedung Stasiun Radio Malabar dibuat menghadap ke negeri Belanda. Lalu antenna ditarik sloop ke atas agar menghasilkan arah pancaran ke negeri Belanda, dengan lembah diantara dua pengunungan tersebut sebagai reflektornya. Sunggguh karya perencanaan kerja yang luar biasa.

Bangunan Radio Malabar di tahun 2013 Koleksi Gatot Dewanto, YE1GD
Bangunan Radio Malabar di tahun 2013 Koleksi Gatot Dewanto, YE1GD
Hari ini 90 tahun yg lalu (05 Mei 1923) Radio Malabar diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Jendral Belanda Dirk Fock. Selanjutnya pemancar radio ini menandai dimulainya kegiatan Komunikasi Radio di Indonesia. Meskipun kini Radio Malabar tinggal puing-puing, namun sejarahnya patut kita apresiasi sebagai sebuah momen dari awal kegiatan teknik radio di tanah air kita. Dirgahayu Radio Malabar. Semoga ada usaha dan dukungan yang lebih baik utk memperingatinya 10 tahun lagi dari sekarang .... :)

Pada tahun 1925, Prof. Dr. Ir. Komans di Netherland berhasil melakukan komunikasi dengan Dr. Ir. De Groot yang menggunakan Radio Malabar di Pulau Jawa. Kejadian ini merupakan titik tolak masuknya Komunikasi Radio di Indonesia, dan Pemerintah Hindia Belanda mendirikan B.R.V. (Batavian Radio Vereneging) dan NIROM.

Para teknisi yang bekerja di kedua instansi ini umumnya adalah orang Belanda dan ada beberapa Bumi putra, terus menekuni sistem komunikasi radio dengan melakukan koordinasi dan eksperimen bersama para Amatir Radio di dunia. Mereka membentuk sebuah perkumpulan yang dikenal dengan nama Netheland Indice Vereneging Radio Amateur (NIVIRA).

Seorang anggota NIVIRA Bumi Putra dengan Callsign PK2MN, memanfaatkan kemampuannya dalam teknik elektronika radio untuk membakar semangat kebangsaan dengan mendirikan stasiun radio siaran yang diberi nama Solose Radio Vereneging (SRV) yang ternyata mendapat simpati rakyat.

Keberhasilan ini ditiru oleh beberapa Anggota NIVIRA Bumi putra dengan mendirikan stasiun radio siaran serupa, antara lain MARVO–CIRVO–VORO–VORL. Pada tahun 1937, mereka bergabung dengan membentuk Persatoean Perikatan Radio Ketimoeran (PPRK). Perhimpunan ini tidak dilarang oleh kolonial Belanda karena dengan banyaknya masyarakat memiliki pesawat penerima radio maka mereka akan dapat memungut pajak radio sebanyak­-banyaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun