Ternyata marah itu hanya sehelai benang jaraknya dengan rindu. Dan rindu itu sehelai benang jaraknya dengan benci
Karna apa?
Untuk apa?
Temaram menyeruak malam, dan hari siang menjerang bayang. dalam dadaku kau berdiam. Tak ubahnya nadi yang berdetakan. Membiarkanmu pergi aku sesak. Membiarkanmu hilang aku  kelimpungan
Mungkin waktu yang bisa, mengaduk lupa dan ingatan menjadi kenangan membuatku kuyup kehujanan
Aku dijatuhi lagi rindu. Dari langit, matahari, Â hujan dan waktu.Â
Selalu sajakah akan begitu. Setiap kenangan ingin kurapihkan. Kau buat berantakan.
Kukira aku pelupa, ternyata aku ingat semua apa saja yang kau katakan tentang sederhanya bahagia.
Sehelai benang malah mengikat kuat. Sampai tulang belikat
Cimahi, 18 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H