Mohon tunggu...
Tanty Agustianty H
Tanty Agustianty H Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selaras kening di tanah, kepingan doa menembus penguasa langit dan bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sehelai Benang

18 September 2018   12:04 Diperbarui: 18 September 2018   12:25 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ternyata marah itu hanya sehelai benang jaraknya dengan rindu. Dan rindu itu sehelai benang jaraknya dengan benci

Karna apa?

Untuk apa?

Temaram menyeruak malam, dan hari siang menjerang bayang. dalam dadaku kau berdiam. Tak ubahnya nadi yang berdetakan. Membiarkanmu pergi aku sesak. Membiarkanmu hilang aku  kelimpungan

Mungkin waktu yang bisa, mengaduk lupa dan ingatan menjadi kenangan membuatku kuyup kehujanan

Aku dijatuhi lagi rindu. Dari langit, matahari,  hujan dan waktu. 

Selalu sajakah akan begitu. Setiap kenangan ingin kurapihkan. Kau buat berantakan.

Kukira aku pelupa, ternyata aku ingat semua apa saja yang kau katakan tentang sederhanya bahagia.

Sehelai benang malah mengikat kuat. Sampai tulang belikat

Cimahi, 18 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun