Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Keunikan Toraja Dalam Merespon Wisata Halal

1 Februari 2025   06:46 Diperbarui: 1 Februari 2025   09:06 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu prosesi adat dalam kepercayaan Aluk Todolo di Tana Toraja. (Sumber: Dokumentasi Andarias Patinaran)

Wisata halal saat ini mulai dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia. Konsep besar pariwisata halal ini adalah menyediakan objek di lokasi wisata yang ramah pengunjung, khususnya warga Muslim. Mulai dari penyediaan tempat sholat, layanan, makanan halal, bebas alkohol, dll. 

Untuk sebagian besar daerah di Indonesia, khususnya yang memang warganya mayoritas Muslim, penyelenggaraan pariwisata halal mudah diterapkan. Biasanya sudah terintegrasi dengan peraturan daerah. Misalnya, di Kabupaten Enrekang, oleh karena perda di daerah penghasil sayur ini sudah terintegrasi dengan kaidah-kaidah hidup sebagai warga Muslim, maka konsep wisata halalnya pun mudah diterapkan. Apalagi ditunjang oleh pelaku wisata yang memang Muslim.

Kondisi kontras berbeda ketika berada di wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Oleh karena penduduknya mayoritas Kristen dan masih kuatnya pengaruh kepercayaan Aluk Todolo, maka konsep wisata halal dalam tanda kutip sulit terealisasi.

Khusus di Kabupaten Tana Toraja, program pariwisata halal pernah digaungkan di bawah pemerintahan bupati yang menjabat pada periode 2015-2020. Program tersebut sebagai perpanjangan kebijakan dari Pemrov Sulawesi Selatan.

Tantangan besar penerapan wisata halal di Tana Toraja adalah kegiatan budaya dan adat. Terkait kegiatan ini wajib ada babi dan minuman alkohol tradisional (tuak). Ternak babi ada di mana-mana dan tuak pun dijual bebas. Dua objek ini sudah bertentangan dengan konsep wisata halal. 

Warga Toraja yang mayoritas Kristen, memang sebagian besar beternak babi. Hampir setiap rumah tangga Kristen memiliki kandang dan ternak babi di rumah. Bukan hanya di perkampungan, termasuk pula di sekitar area kota. Uniknya lagi, sejumlah warga Toraja yang Muslim pun ada yang beternak babi. Bagaimanapun juga, babi adalah salah satu penggerak utama pertumbuhan perekonomian di Toraja. 

Ma'piong duku' sebagai salah satu atraksi pariwisata di Toraja. (Sumber: Dokumentasi Robert Andi) 
Ma'piong duku' sebagai salah satu atraksi pariwisata di Toraja. (Sumber: Dokumentasi Robert Andi) 

Pemda Tana Toraja saat itu menerapkan kebijakan di mana semua warga yang berdomisili di daerah kota untuk membongkar kandang babi mereka. Maksud dari pembongkaran tersebut adalah untuk merespon program pariwisata halal sekaligus penataan kota.

Ternyata, warga menolak. Tak ada satupun warga yang bersedia membongkar kandang dan memindahkannya. Mereka bertahan, apalagi limbah dari kandang mereka pun sudah dikelola dengan profesional sehingga tidak mengeluarkan aroma yang kurang sedap. 

Tambahan pula, pasar tradisional, yakni Pasar Baru Makale juga menyediakan lapak khusus jual-beli babi. Bukan hanya babi hidup, melainkan dagingnya. Aktifitas di lapak khusus inipun terus aktif setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun