Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Guru Resign Karena Lingkungan Kerja Yang Toksik?

14 Desember 2024   09:32 Diperbarui: 14 Desember 2024   14:32 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan pak guru Hendra resign dini sebagai guru PNS bersertifikat adalah hak asasinya sebagai manusia. Apapun alasan yang sebenarnya, hanya beliau dan sang Pencipta yang tahu. 

Cara saya menghadapi lingkungan kerja yang toksik adalah fokus pada tugas pokok sebagai pendidik. Sasaran seorang guru adalah memanusiakan siswa yang dihadapinua. Apapun tantangannya, selama jiwa tulus mengabdi dan melayani, toksik di lingkungan kerja bisa pudar dengan sendirinya ketika praktik-praktik baik pendidikan itu telah membawa dampak bagi siswa dan sekolah. 

Guru memiliki kemampuan yang melebihi kekuatan Superman. Jadi, ada masalah tentunya guru bisa bijak mengambil keputusan. 

Dampak positif dan negatif bagi dunia pendidikan tentunya akan tetap ada dari viralnya keputusan pak guru Hendra yang resign. 

Dari sisi positif, guru memiliki hak asasi untuk memilih yang terbaik bagi dirinya. Sementara dari sisi negatif, kemuliaan tugas  seorang guru bisa terpengaruh oleh gemerlapnya penghasilan dari dunia maya yang membuat guru bisa menomorduakan tugas pokoknya sebagai pendidik.

Di dunia anak-anak, secara khusus followers, tentu ada dari mereka yang kemudian terpengaruh dan mulai antipati pada profesi sebagai guru.

So, mari berpikir kritis dan mengambil keputusan bijak untuk dunia pendidikan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun