Dua kasus terakhir masih sementara penelusuran bukti fisik berupa SK pengangkatan. Jika terbukti, tentu akan diproses oleh Bawaslu sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.Â
Seperti pada pelaksanaan Pilkada sebelumnya, seni dan cerita selalu ada. Beragam cara dilakukan paslon dan timses untuk meraup suara sebanyak-banyaknya.
Kali ini saya mendapati puluhan bus pariwisata dari luar daerah sedang parkir manis di sebelah timur terminal bus Makale. Setiap bus memiliki nomor, Bus 1, Bus 2, dstnya.
Di sela-sela menunggu proses penggantian oli kendaraan, seorang sopir mengatakan bahwa bus-bus tersebut mengangkut para pemilih dari kota Makassar. Rombongan bus baru tiba tadi subuh. Namun, ia tak menyebut paslon mana yang menyediakan bus gratis kepada calon pemilih di Pilkada Tana Toraja.
Kondisi ini sebenarnya sudah berlangsung dalam beberapa hari terkahir. Saya mengalaminya langsung. Pada hari Minggu yang lalu, saya sempat kesulitan mendapatkan bus dari Makassar menuju Toraja.
Sebagian besar bus sudah dicarter untuk mengangkut calon pemilih. Dengan kata lain PO bus menyediakan angkutan gratis Makassar-Toraja PP bagi penumpang ya g bersedia memilih paslon tertentu.
Nah, sejauh pandangan saya, kedua paslon yang berkontestasi di Pilkada Tana Toeaja sama-sama didukung oleh para pengusaha bus angkutan Toraja-Makassar.
Selanjutnya, dessas-desus money politic dan serangan fajar masih mendominasi sejauh ini.
Melalui pembicaraan telepon ke kampung untuk mengecek kartu panggilan memilih, justru ada warga yang langsung mengatakan kepada saya bahwa ia akan mencoblos pasangan yang tidak memberikan uang. Adapun pasangan lainnya sudah memberikan uang sebesar Rp 100.000. Ia akan memilih sesuai hati nuraninya.
Jelas, ada tim sukses yang mencoba menerapkan bagi-bagi uang demi menjaga potensi suara di kampung-kampung.