Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Strategi Menjalani Pernikahan Bebas Utang

23 November 2024   06:51 Diperbarui: 23 November 2024   06:52 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi kedua, meminjam ke sesama teman. Untuk kondisi ini, rentan memecah hubungan persahabatan. Yang meminjamkan uang ternyata meminta pengembalian uang dalam tempo tak lama setelah resepsi. Ya, mereka juga butuh dana untuk membiayai kebutuhan mereka. 

Hmmm... Sebuah acara pernikahan, logisnya ada pendapatan bagi kedua mempelai dan keluarga lewat bingkisan pernikahan dari para undangan berupa amplop atau transferan uang (wedding gift). Ini lumrah ya. Maksud dari ratusan hingga ribuan undangan pernikahan uang dibagi tentunya berharpaereka yang datang tak hanya membawa doa restu tetapi ada nilai tambahnya. 

Jika jumlah undangan yang hadir tak sesuai dengan alokasi biaya yang telah dikeluarkan untuk sewa gedung, belanja menu makan dan segala tetek-bengek pernikahan, maka ujung-ujungnya akan timbul utang pernikahan. 

Paling utama adalah sah dan resminya pernikahan menurut adat, agama dan negara. Mau mewah atau sederhana, pada hakekatnya, pernikahan resmi tak lepas dari tiga aspek itu.

Sehingga, perlu ada pertimbangan logis bagi calon mempelai dan keluarga kedua belah pihak terkait konsep acara pernikahannya. 

Sangat penting untuk berpedoman pada kekuatan sumber dana. Paling baik jika dana pernikahan memang ada. Tak perlu memaksakan meminjam ke bank atau kerabat. 

Jika memang dirasakan bahwa dana yang ada terbatas, mengapa tidak pernikahannya sederhana saja. Misalnya, bagi pasangan Kristen, cukup pemberkatan nikah dan pencatatan sipil di gereja, setelah itu dilanjutkan dengan resepsi sederhana dengan warga jemaat. Pelaminannya simpel saja dalam gereja. 

Kalaupun pasangan muda ingin mencontoh model pernikahan ala K-Drama dan film barat yang minimalis pernikahan di gereja atau pinggir pantai dengan undangan kerabat terdekat saja beberapa puluh orang, ya bisa dicoba. Intinya kan, pernikahan resmi dan resepsinya disesuaikan dengan kemampuan finansial. 

Bijak berpikir, sepakat dan memiliki chemistry yang sama antara kedua insan yang akan duduk di pelaminan. Sebaiknya pula, tak perlu banyak mendengarkan masukan dari luar. Karena, bagaimanapun juga orang banyak menginginkan pesta pernikahan meriah. 

Prestise sesaat foto dan video mewah di media sosial tak akan mampu menutupi beban utang kala memaksakan pernikahan mewah. Baiknya, sederhana dan sekali lagi, sesuaikan konsep acara pernikahan dengan kondisi finansial. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun