makan siang gratis untuk siswa di Indonesia. Program ini diambil tentunya telah melalui pertimbangan yang matang di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo yang lalu.Â
Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah menjadikan programDukungan sumber daya dan fasilitas telah melalui eksperimen sehingga program ini kemudian menjadi salah satu prioritas dunia pendidikan pada tahun 2025.Â
Berbagai uji coba pengadaan makan siang gratis untuk siswa pada sejumlah sekolah di Pulau Jawa telah dilaksanakan. Pada sejumlah kesempatan, Wapres Gibran juga memantaunya.Â
Tantangan besar program makan siang gratis untuk siswa bukan hanya pada kondisi geografis wilayah Indonesia yang bervariasi, ketersediaan tenaga ahli gizi dan para juru masak, melainkan pembiayaan untuk sejumlah bahan baku utama menu makan.Â
Beras, sayuran, daging, buah, ikan dan susu sudah pasti masuk dalam list. Khusus susu, sudah diperkenalkan lewat susu kotak. Ke mana-mana bapak Wapres Gibran pasti membagikannya secara gratis kepada siswa yang ditemuinya, seperti yang baru-baru ini dilalukakannya saat kunjungan kerja ke Toraja.Â
Hingga kemudian muncul satu kriteria usulan bahan baku pendukung gizi, yakni ikan kaleng kemasan. Seperti yang diketahui, ikan kaleng paling populer di Indonesia adalah jenis ikan sarden.Â
Ikan kaleng yang memiliki ciri khas dicampur dengan saus tomat ini boleh dikata jenis yang paling merakyat. Murah dan sangat terjangkau.Â
Mengutip fatsecret.co.id, dalam satu kemasan ikan sarden saus tomat; per 100 gram terdapat 160kkal kalori; 6,00 gram lemak; 4,00 gram karbohidrat; dan 23,00 gram protein.Â
Nilai gizi ini tentu berbeda lagi jika kemasan satu porsinya di bawah 100 gram. Termasuk ketika ikan kalengnya berbahan dasar ikan salem, tuna sirip biru, halibut, kerapu, nila, dll.Â
Menurut ukuran kepraktisan, harga dan ketersediaan di pasaran, tentu saja ikan kaleng kemasan sarden yang kemungkinan jadi prioritas.Â
Tetapi, apakah penggunaan ikan kaleng kemasan ini selanjutnya akan menjadi keharusan untuk menjadi bagian menu makan siswa setiap hari? Atau jangan-jangan hanya menjadi alternatif pemerintah untuk menekan pengeluaran biaya makan?Â