Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bijak Mengambil Solusi Ketika Perkawinan Terindikasi Lonely Marriage

27 Oktober 2024   15:05 Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lonely marriage, jangan dianggap sepele. Kondisi ini kerap menimpa kehidupan berumah tangga. Tak mengenal usia perkawinan, lonely marriage mengintip personal pasangan suami-istri. 

Entah disadari atau tidak, lonely marriage jika dibiarkan bisa bermuara pada keretakan rumah tangga yang berujung perpisahan/perceraian. Jika masih berdua tanpa anak, tak banyak yang dirugikan.

Kondisi berbeda jika buah hati telah ada di tengah keluarga. Perpisahan akan mengorbankan anak yang nantinya berdampak buruk untuk kehidupan sosial emosionalnya. 

Beberapa kasus dan kondisi kehidupan berumah tangga bisa menjadi pemicu lonely marriage.

Pertama, tidak adanya saling pengertian antara pasangan suami istri, khususnya sifat pribadi masing-masing. Pacaran atau sudah sebelum memasuki perkawinan tidak menjamin bahwa chemistry antara sepasang pasutri telah saling mengenal.

Kedua, adanya ego yang dominan dari salah satu pihak. Kondisi yang mirip cerita drama-drama Cina ini kadang membuat salah satu dari suami dan istri merasa tertekan, terabaikan dan tak punya teman bicara. 

Ketiga, adanya faktor kesenjangan kesejahteraan secara materi. Meskipun kadangkala, pasangan hidup dan keluarganya tidak mempermasalahkan tentang latar belakang dan penghasilan bulanan, tetapi tetap menjadi beban pikiran dari salah satu pasutri. 

Keempat, munculnya faktor bosan setelah perkawinan berlangsung bertahun-tahun. Meskipun ada anak di tengah keluarga, kadang muncul kebesaran dalam keluarga karena setiap hari bertemu. Karakter sudah salah mengetahui.

Terlebih jika salah satu pasutri tergolong orang yang sibuk. Sudah bertemu setiap hari, tetapi komunikasi terhambat karena kesibukan. 

Kadang beban pikiran terkait pekerjaan sudah menumpuk dan tak ada tempat curhat di rumah karena masing-masing sibuk dengan urusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun