Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Eorimok Hiking Trail, Jalur Menuju Surga Kecil di Pulau Jeju (Selesai)

6 Oktober 2024   05:09 Diperbarui: 6 Oktober 2024   12:05 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur Eorimok Hiking Trail menuju Witse Oreum Shelter. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada jalur Eorimok Hiking Trail fase terakhir sejauh 1,8 km menuju Witse Oreum Shelter, vegetasi tanaman semakin jarang. Hanya didominasi oleh cemara dan beberapa tumbuhan semak. 

Sisanya adalah rerumputan khas pegunungan Hallasan. Tanaman berupa bunga juga masih meninggalkan jejak. Hanya saja semua tanaman yang ada sudah mulai menguning, kecuali cemara.

Jejak musim dingin pada tahun-tahun sebelumnya masih tertinggal dengan jelas. Batang-batang pohon cemara berupa kerangka putih lengkap dengan cabang-cabangnya memberikan sensasinya sendiri. Masih berdiri kokoh diantara kokohnya saudara mereka yang berdaun hijau dan mulai bersiap diri menyambut musim dingin di bulan Desember hingga Maret.

Beragam jenis bunga anggrek menyapa saya dari berbagai tempat. Rata-rata mereka bersolek diantara bebatuan vulkanik. 

Suara gemerisik dedaunan dibalik tebalnya pohon cemara dan rerumputan menandakan adanya pergerakan hewan. Oh...ternyata ada rusa kecil yang malu-malu menampakkan wajahnya dan langsung tenggelam di balik semak disertai kabut yang kembali datang tiba-tiba membawa tetesan air hujan.

Jalur hiking makin nyaman dilewati. Papan kayu tertata rapi. Meskipun jalur sudah 80% landai, tetapi jalur lurus seperti seekor naga meliuk-liuk dari kejauhan mulai dari titik 1.600 mdpl justru membuat tantangan bertambah. Perjalanan menyelesaikan 1,8 km terakhir tak terasa mengundang rasa lapar. 

Saya istirahat sejenak pada satu tempat terbuka dengan bebatuan dan satu sumber air bersih. Hanya saja, air tersebut tak layak minum sesuai dengan petunjuknya. Hanya bisa digunakan untuk cuci tangan dan muka. 

Air minum segar khas pegunungan Hallasan yang saya ambil di titik 1.500 mdpl menyejukkan kerongkongan. Dua keping kripik ketan masuk ke perut ditambah sebiji telur rebus. Kulit dan bungkus snack saya masukkan ke dalam saku celana. 

Kurang lebih 10 menit saya beristirahat sambil menatap keindahan bentangan alam di sekeliling saya. Dalam hati saya berujar, "Saya akan kembali lagi ke sini di puncak musim gugur sebelum kenbali ke Indonesia."

Puncak musim gugur biasanya jatuh pada akhir Oktober hingga awal November. Permadani kuning keemasan dari vegetasi yang memadati bentangan alam di puncak pegunungan ini tentu akan sangat indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun