Pulau Jeju, Korea Selatan memiliki banyak sekali potensi wisata yang tak boleh dilewatkan. Kali ini, perjalanan saya bersama lima rekan guru asal Indonesia menjelajahi wilayah Seogwipo di bagian timur Pulau Jeju.Â
Akhir pekan, 21 September 2024, kami berangkat pagi dari pusat kota Jeju menuju Seogwipo. Hujan yang selalu menyirami Pulau Jeju dalam beberapa hari terakhir tidak menghalangi niat besar kami untuk menjelajahi beberapa lokasi menarik di Seogwipo. Tercatat sejumlah lokasi telah kami masukkan dalam itenary.
Osulloc Tea Museum masuk dalam list prioritas kami. Selanjutnya akan berkunjung ke lokasi berikutnya hingga Jeongbang Waterfall. Tetapi perjalanan kami tergantung pada kondisi cuaca. Berdasarkan rilis prakiraan cuaca, hujan disertai angin kencang masih akan melanda Pulau Jeju hingga hari Senin, 23 September 2024.
Dalam perjalanan ke Seogwipo, saya tidak hanya ditemani bapak M. Jufrianto. Turut meramaikan trip istimewa kami di Pulau Jeju adalah empat ibu guru. Mereka adalah rekan kami yang ditugaskan pada program Pertukaran Guru Asi Pasifik 2024. Mereka adalah ibu Anief (Bali), Wiwik (Bali), Megarini (NTB) dan Fitrah (Kalimantan Timur). Keempatnya menyempatkan diri datang ke Pulau Jeju memanfaatkan libur akhir pekan. Meskipun cuaca buruk, mereka tetap penuh semangat datang. Ya, Pulau Jeju adalah tujuan utama para wisatawan saat berada di Korea Selatan.
Diiringi hujan rintik-rintik, kami berjalan kaki sejauh 700 meter dari Eco de Paris Residence menuju halte bus di depan Halla Hospital. Berdasarkan rujukan dari Naver Map, ada dua jenis bus yang langsung menuju Osulloc Tea Museum, yakni bus Express warna orange nomor 151 dan bus biru nomor 255.Â
Kami memilih bus nomor 255. Tarifnya dari kota Jeju menuju Osulloc Tea Museum hanya sebesar 1.150 Krw. Sementara bus Express dikenai tarif 2.600 Krw.
Menjelang pukul 09:00 pagi, bus melaju pelan menuju arah timur Pulau Jeju. Hujan deras menemani kami dalam perjalanan selama 55 menit. Beruntung, kami membawa payung yang akan mengamankan kami dari hujan di Seogwipo nanti.
Tak ada kendala sama sekali dalam perjalanan, selain AC bus yang cukup dingin. Bus tiba di halte bus Osulloc Tea Museum 55 menit kemudian. Hujan rintik-rintik disertai angin sedikit kencang menyambut kedatangan kami.
Jalan lebar, bersih dan lengang terpampang di depan kami. Bukannya tidak ada mobil. Pengunjung sudah ratusan. Mobil terparkir manis pada tiga titik oarkir yang tersedia di lokasi. Inilah yang membuat jalanan terlihat sepi. Tak ada kepadatan kendaraan.
Ratusan pengunjung yang didominasi wisatawan domestik Korea Selatan tampak kembali dari Osulloc Green Tea Field yang ada di bagian selatan Osulloc Tea Museum. Mereka unik berlarian sambil membawa payung. Rombongan tersebut dipandu guide.