Kota Jeju memiliki pola kehidupan yang sama seperti kota lain di Korea Selatan, yakni warganya membudayakan jalan kaki. Pada hari ketiga tinggal di pulau yang dikenal sebagai pusat wisata ini, saya pun langsung terbiasa dengan budaya jalan kaki.
Walaupun kendaraan umum selalu melintas setiap hari, yakni taksi dan bus, tetapi pilihan jalan kaki adalah yang terbaik untuk menunjang mobilitas.
Tanpa terasa, pada hari ketiga beraktifitas di kota Jeju, saya kembali berhasil melakukan 18.491 langkah. Puluhan ribu langkah ini terjadi pada aktifitas berjalan kaki sejauh 13,87 km.Â
Terdapat manfaat besar dari kebiasaan jalan kaki di kota Jeju ini. Berdasarkan data dari laporan aplikasi pada smartphone, dari 18.491 langkah, saya berhasil membakar 555 kkal dalam tubuh saya. Ini setara dengan membakar 34,69 x lemak daging.
Ini adalah langkah terbanyak yang saya produksi dengan jarak terjauh untuk aktifitas harian selama berada di Korea Selatan. Secara keseluruhan, ini adalah pencapaian terbaik beraktifitas dengan berjalan kaki sepanjang sejarah kehidupan saya.Â
Saya sangat beruntung ketika lulus seleksi mengikuti program pertukaran guru Indonesia-Korea ini.Â
Kebiasaan jalan kaki selama ini di Tana Toraja telah banyak membantu saya untuk menyesuaikan diri dengan budaya jalan kaki warga Korea Selatan. Meskipun langkah dan jarak yang saya produksi setiap hari selama ini di daerah sendiri paling jauh 2 km sehari.
Kebiasaan jalan kaki sejak hari pertama datang ke Seoul hingga berpindah ke kota Jeju bukan hanya memberikan dampak pembakaran lemak dalam tubuh.Â
Aktifitas jalan kaki juga berdampak pada pola makan. Tingginya aktifitas jalan kaki membuat saya banyak konsumsi air putih. Ini sangat membantu proses metabolisme dalam tubuh.
O ya, apakah saya tidak merasa capek berjalan kaki hingga puluhan kilometer? Rasa capek sepertinya menjauh. Hal ini karena tubuh merespon secara positif budaya jalan kaki.Â