Kota Seoul memberikan pengalaman menarik bagi kami para guru yang mengikuti program pertukaran guru Indonesia-Korea. Gedung-gedung pecakar langit ada di mana-mana. Tetapi gedung ini bukanlah mall atau hotel semata. Melainkan apartemen dan rumah susun sebagai tempat tinggal warga Korea Selatan.
Jalan yang bersih dengan keteraturan lalu lintas yang baik. Hmmm... sepertinya mobilitas warga Korea Selatan berjalan dengan baik dengan tingkat keà Àdisiplinan mereka mematuhi aturan dan menjalankan budayanya dengan konsisten.
Dari kantor APCEIU-UNESCO, kami mencoba belanja murah di Daiso. Jaraknya hanya sejauh lembaran batu dari halaman kantor APCEIU.Â
Dan memang benar, barang-barang di Daiso murah meriah. Barang belanja pertam saya di Seoul pun di toko ini. Saya membeli tumbler seharga 1.000 won dan wadah makanann seharga 2.000 won.
Makan siang perdana kami di APCEIU langsung disajikan makanan khas Korea. Terasa aneh di lidah untuk pertama kalinya. Namun, rasa penasaran akan kimchi akhirnya terjawab juga. Selama ini saya hanya mengikuti tentang kimchi lewat tayangan dokumentasi dan konten para YouTuber.
Berdasarkan informasi dari Ms Danielle, menu kuliner Korea perdana kami terdiri atas beberapa nama yang unik. Berikut ini nama-nama dari makanan tersebut.
- Ssam bap (left top)
- Bosam (right top)
- Beosut bokkeum (mushroom side dish)
- Jeon (korean pancack)
- Mixture of nuts
- Kimchi
- Beanpaste marinated Green pepper (right bottom)
- Live squid fermented spicy dish (right bottom)
- Soysauced Root of a lotus flower (right bottom)
Oya, makanan tersebut adalah non halal food. Untuk rekan-rekan Muslim, APCEIU telah menyiapkan paket makanan tersendiri dengan bahan baku tidak mengandung makanan non halal.