Bagi saya orang daerah jauh di pegunungan, mendengar kata Jakarta biasanya memancing adrenalin dan bertanya "Kapan ya ke sana menginjak ibu kota?" Kadang kala pula terbersit pikiran capek mengingat Jakarta ada di seberang lautan, sementara saya ada di Toraja, wilayah di pegunungan.
Menikmati suasana Jakarta biasanya hanya dari tayangan TV, media sosial dan media online. Ragam pesona Jakarta pun mengundang selera. Salah satunya tentang kuliner.Â
Ketika melihat tayangan beberapa stasiun TV swasta seputar kuliner Jakarta, air liur saya terpancing. Ingin menikmati. Tanggal 15 Mei 2024 yang lalu, ada tayangan Nasi Uduk Betawi. Presenternya pun mengajak untuk menggugah selera. Saya pun penasaran, seperti apa rasanya nasi uduk dari Jakarta itu yang mana jika dilihat di TV, pengunjung warungnya banyak. Olahannya pun nikmat.
Demi menjawab rasa penasaran tentang nasi uduk, saya teringat satu warung makan dengan tulisan Nasi Uduk Djakarta. Lokasinya ada di jalan trans Sulawesi, poros kota Makale-Rantepao. Terletak di Jl. Nusantara samping Indomaret. Sangat mudah didapatkan jika menuju Toraja Utara.
Lokasi warungnya pun hanya sekitar 100 meter dari sekolah tempat saya mengajar. Selama ini saya jarang memperhatikan keberadaan warung tersebut. Entah warung itu baru buka atau sudah lama, jarang saya perhatikan. Biasanya siang hari sepi dan tutup.
Mengingat tayangan nasi uduk Betawi, saya kembali penasaran ingin mencoba rasa nasi uduk. Beberapa kali saya singgah mengecek warung, masih tutup.Â
Tanggal 8 Juni 2024, akhirnya saya berhasil membeli dan merasakan sensasi dari nasi uduk. Bukan karena kebetulan juga. Selepas melakukan monev pada Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 di luar kota, saya kembali ke rumah setelah maghrib. Disertai hujan rintik-rintik, lelah dan lapar saya berkeliling kota Makale untuk mencari makanan yang lezat.Â
Maka teringatlah saya pada warung makan Nasi Uduk Djakarta. Selama ini kalau saya berkunjung siang hari selalu tutup. Dan ternyata, kali ini saya beruntung.Â
Bau wangi masakan sudah tercium ketika saya memarkir kendaraan. Aroma khas bawang merah bercampur dengan wangi ayam goreng.
Saya tak perlu berpikir lama, tanpa meminta daftar menu, saya memesan dua porsi nasi uduk ayam geprek. Sebagai orang Toraja, kurang sreg makan nasi jika tidak makan lombok atau cabe. Perkiraan saya, ayam georeknya sudah pasti pakai cabe ulek seperti warung makan lainnya yang pernah saya coba ayam gepreknya.