Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Dilema Sampah dan Galian Tanah terhadap Kelestarian Lingkungan

8 Mei 2024   16:24 Diperbarui: 8 Mei 2024   21:33 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah berserakan di sekitar rest area Mallusetasi, Barru, Sulawesi Selatan. Sumber: dok. pribadi.

Kesadaran akan perilaku warga +62 dalam membuang sampah sepertinya masih menjadi tantangan besar lingkungan di sekitarnya. Jika dibiarkan lama, sampah-sampah ini bukan hanya mencemari lingkungan dan menjadi sumber penyakit. Jauh ke depannya bisa menjadi pemicu datangnya bencana alam, seperti genangan air dan banjir.

Lokasi galian tanah yang berpotensi longsor. Sumber: dok. pribadi
Lokasi galian tanah yang berpotensi longsor. Sumber: dok. pribadi

Di tempat yang sama pada titik yang berhadapan, terdapat satu lokasi penambangan yang lebih tepatnya disebut galian tanah. Proses penggalian tanah sudah berlangsung bertahun-tahun. Pada awalnya hanya bagian sisi jalan trans Sulawesi Poros Pare-Pare menuju Barru yang dikeruk. 

Seiring perjalanan waktu, lokasi galian makin meluas hingga merenggut puncak perbukitan. Tak terhitung berapa jumlah pohon yang telah ditebang. Semakin lama, area penambangan tanah makin merangsek ke dalam hijaunya hutan di sekitarnya.

Di balik masifnya penambangan tanah, ada potensi yang siap mengancam keselamatan dua buah bangunan rumah warga yang ada di bawah tebing tanah. Longsor bisa saja mengintai. Terlebih di bagian belakang rumah tersebut, terlihat curam efek dari galian tanah.

Saat ini, hujan dengan intensitas tinggi sedang melanda Sulawesi Selatan. Banjir dan longsor pun terjadi di sejumlah kabupaten/kota. Ada banjir di Sidrap, Enrekang, Wajo, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur. Sementara tanah longsor melanda Enrekang, Luwu, Tana Toraja dan Toraja Utara. 

Perpaduan kerusakan lingkungan dari berbagai titik di Kabupaten inilah yang juga turut membawa dampak buruk di sekitar pemukiman warga. 

Sampah perlu dikelola dengan bijak sehingga tidak merusak lingkungan. Edukasi tentang pentingnya membuang sampah sepertinya hanya sebatas himbauan saja sehingga masih banyak warga yang berperilaku sembrono terhadap sampah.

Demikian halnya dengan penambangan tanah tanpa memperhatikan kelestarian alam. Kebutuhan galian tanah sebagai timbunan untuk proyek perumahan banyak yang mengorbankan hutan. 

Lingkungan yang lestari ada di tangan kita semua. Belum terlambat untuk sadar dan peduli sejak hari ini sebelum bencana makin meluas ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun